Ad Code

Responsive Advertisement

Laporan Pembuatan Pestisida Fermentasi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pestisida merupakan senyawa kimia yang disusun untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Di Indonesia pestisida sering digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman tetapi pada saat ini pestisida banyak ditemukan residu khususnya di tanaman dan tanah sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pestisida kimia. Pada dasarnya pestisida dibagi menjadi 2 menurut jenisnya yaitu pestisida kimia dan pestisida alami atau nabati. Pestisida kimia merupakan pestisida yang dibuat dari bahan kimia oleh manusia yang berguna dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pestisida kimia ini sering memiliki residu kimia yang tinggi baik didalam tanaman ataupun didalam tanah sehingga mengganggu lingkungan. Banyaknya terjadi gangguan lingkungan akibat pestisida kimia sehingga memunculkan suatu ide yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang salah satu tujuannya adalah mengendalikan hama dengan menggunakan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati.
Pestisida nabati merupakan pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit bagi tanaman yang terbuat dari bahan alami seperti organ tanaman, atau minyak yang dihasilkan oleh tanaman. Pestisida nabati memiliki beberapa keunggulan seperti mudah terurai oleh sinar matahari, tidak menyebabkan gangguan lingkungan dan lin-lain sedangkan untuk kerugian bagi penggunaan pestisida nabati ini yaitu cara aplikasiannya harus berulang kali karena mudah terurai oleh sinar matahari, harganya tidak terjangkau oleh petani karena pembuatan pestisida ini menggunakan bahan dari alam yang memiliki stok yang tidak mencukupi bagi pembuatan pestisida nabati secara masal. Pestisida memiliki beberapa jenis menurut hama yang akan dikendalikan yaitu insektisida, nematisida, bakterisida dan lain-lain.

Pembuatan pestisida nabati ini sangat mudah dan tidak perlu peralatan yang canggih cukup blender. Misalkan pembuatan pestisida nabati menggunakan daun mimba. Caranya adalah daun dimasukkan kedalam blender dan ditambahkan air secukupnya lalu diambil air dari hasil gilingan kemudian didiamkan semalam. Secara ekonomis sebenarnya pengguaan pentisid nabati ini dapat dikembangkan tetapi masalahnya adalah bahan baku untuk pestisida ini perlu dikembangkan sehingga penggunaan pestisida nabati dapat dioptinalkan oleh petani sehingga petani beralih untuk menggunakan pestisida nabati. Keuggulan pestisida nabati ini salah satunya adalah pestisida nabati tidak mengganggu kehidupan musuh alami sehingga tidak terjadi gangguan pada lingkungan.

Penggunaan pestisida nabati ini diharapkan dapat menekan populasi hama yang menyerang tanaman tetapi penggunaan pestisida ini jarang sekali mematikan hama tetapi hanya menyebabkan toxin pada hama tersebut sepeti racun perut, penguranag nafsu makan hama dan lain-lain. Penyebab tersebut yang mengurangi minat petani untuk menggunakan pestisida nabati karena petani menginginkan hama yang menyerang tanaman dapat langsung mati dan populasinya menurun secara drastis tetapi petani tidak memikirkan residu yang akan terjadi pada lingkungan. Penggunaan pestisida kimia juga harus mematuhi peraturan penggunaan seperti menggunakan pakaian yang lengkap ketika dilakukan penyemprotan, menggunakan dosis yang tepat dan lain-lain,

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk pestisida nabati secara fermentasi.

2. Untuk mengetahui cara pembuatan pestisida nabati dengan fermentasi.
   
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang dihailkan dari tanaman dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Pestisida nabati merupakan pestisida yang dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis. Pestisida nabati adalah pestisida yang ramah lingkungan serta tanaman-tanaman penghasilnya mudah dibudidayakan salah satunya seperti sereh dapur, sereh wangi dan nimba yang dapat dibuat menjadi bentuk minyak tanaman (Adnyana, dkk, 2012). Penggunaan pestisida nabati ini biasanya mengunakan organ tanaman seperti daun, akar, biji dan buah tanaman yang menghasilkan suatu senyawa tertentu yang dapat menghalau serangga untuk memakan atau bahkan mematikan serangga tersebut.

Penggunaan pestisida nabati sebenarnya dapat diterapkan diberbagai daerah tetapi perlu memperhatikan waktu, dosis dan lain-lain agar efektif mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. salah satu tanaman yang banyak digunakan dalam pestiisida nabati adalah dun mimba dan cengkeh. Ekstrak mimba dan cengkeh telah banyak dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan jamur patognik tanaman ekstrak atau eugenol asal daun, bunga dan gagang cengkeh telah dibuktikan toksik terhadap F. oxysporum, F. solani, R. lignosis, P. capsici, S. roflsii dan R. solani (Tombe, Mesak, 2008). Tetapi dalam pengaplikasian pestisida nabati harus tepat sehingga hama dapat dikendalikan populasinya. Apabila populasi hama telah melewati ambang ekonomi maka cara terakhir adalah penggunaan pestisida kimia.

Pestisida nabati memiliki banyak macamnya berdasarkan fungsi mengendalikan hama seperti insektisisda, bakterisida, akarisida dan lain-lain. Penggunaan insektisida nabati dilakukan sebagai alternatif untuk mengendalikan ham tanaman sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M., 2010). Pengendalian hama dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari penurunan produksi yang cuup signifikan sehingga terdapat kerugian yang berarti dialami oleh petani. Penggunaan pestisida merupakan salah satu alternatif yang dilakukan selain penggunaan pengendalian dengan metode mekanik dan pengendalian musuh alami.

Menurut Kardinan (2002), penggunaan dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia mengalami beberapa kendala berikut : pestisida sintetis (kimia) tetap lebih disukai dengan alas an mudah didapat, praktis mengaplikasinya, hasilnya relatif cepat terlihat, tidak perlu membuat sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak, dan tidak perlu membudidayakan sendiri tanaman penghasil pestisida . Kurangnya rekomendasi dari para penyuluh karena mungkin keterbatasan pengetahuan para penyuluh tentang pestisida nabati, tidak tersedianya bahan tanaman secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan dan sulitnya regristasi pestisida nabati di komisi pestisida karena bahan aktif tidak dapat dideteksi. Walaupun demikian di Indonesia, akhir-akhir ini telah mulai banyak kegiatan-kegiatan petani dengan sistem pertanian organik yang menggunakan pestisida nabati. Aplikasi pestisida nabati dapat menggunakan alat semprot gendong. Apabila tidak mempunyai alat semprot , dapat dilakukan dengan menggunakan kuas untuk mengecat dinding atau merang yang diikat. Caranya alat tersebut dicelupkan ke dalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman. Semprotkan atau kibaskan cairan pestisida nabati ke bagian bawah tanaman (daun, bunga dll ).

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan berbagai macam hama sehingga hama tanaman yang menyerang dapat dikendalikan secara alami karena tidak menyebabkan racun bagi organisme lain (Oka, 1995).
Pestisida fermentasi adalah pestisida yang dibuat dari bahan alami melalui proses penguraian oleh mikrobia dalam suasana anaerob atau minim O2 didalam botol sehingga diharapkan hasilnya dapat diperoleh senyawa yang baik dan efektif digunakan untuk mengendalikan OPT. fermentasi pada dasarnya adalah adanya perubahan yang terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Selama fermentasi terjadi beberapa perubahan karena kerja dari  kroorganisme yang memang diinginkan dan pertumbuhannya dipacu (Dwiari, 2008). Mikroorganisme fermentative  yang mengubah karbohidrat menjadi alkohol, asam, dan CO2 pertumbuhannya cukup tinggi, sedangkan mikroorganisme proteolitik yang menyebabkan kebusukan dan mikroorganisme lipolitik penyebab ketengikan pertumbuhannya terhambat. Mikroorganisme proteolitik dapat memecah protein menjadi komponen yang mengandung nitrogen.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian dengan acara “Pembuatan Pestisida Nabati Fermentasi” dilaksanakan pada hari Jum’at, 30 November 2012 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
1. Blender
2. Timbangan
3. Neraca
4. Cutter
5. Jurigen
6. Saringan

3.2.1 Bahan Cara 1
1. Air cucian beras (leri) sebanyak 1 liter
2. Alkohol 10 sendok makan atau dapat diganti ragi sebanyak 2 butir
3. Cuka sebanyak 10 sendok makan
4. Gula pasir sebanyak 1 Kg
5. Perasan umbi gadung sebanyak 10 sendok makan
6. Bakteri sebanyak 10 sendok makan
7. daun klekeh, daun sirih, daun kecubung, daun mahoni, daun sirsak, daun pacar cina, masing-masing satu genggam dan ditumbuk halus.

3.2.2 Bahan Cara 2
1. daun tembakau, daun kenikir, daun pandan, daun kemangi, masing-masing sebanyak 100 gram
2. Cabe rawit sebanyak 100 gram
3. Kunyit sebanyak 100 gram
4. bawang putih sebanyak 100 gram
5. Aquadestilata sebanyak 1 liter
6. Decomposer BSA (mikro organisme pengurai) sebanyak 1-2 cc
7. Gula pasir sebanyak  2 sendok makan

3.2.3 Bahan Cara 3
1. air cucian beras yang pertama sebanyak  1000 cc
2. molase/tetes tebu / gula pasir sebanyak 100 cc
3. Alokohol 40% sebanyak sebanyak 100 cc
4. cuka makan / cuka aren sebanyak 100 cc
5. EM-4 sebanyak  100 cc

3.2.4 Bahan Cara 4
1. Daun mimba bandotan sebanyak 6 Kg
2. Daun serai wangi sebanyak  6 Kg
3. Laos merah/ laos biasa sebanyak 6 Kg
4. EM-4 sebanyak 1 liter
5. Air sebanyak  20 liter
6. Gula pasir / mollase sebanyak 0,25 Kg

3.3 Metode Pembuatan

3.3.1 Pembuatan cara 1
1. Mencampur seluruh bahan dan mengaduk jadi satu, diamkan selama 3 hari.
2. Bahan siap digunakan dengan cara mencampur air sebanyak 10-15 liter untuk 1 gelas.
3. Menambahkan larutan air tumbukan bawang putih sebelum digunakan atau bisa diganti dengan cabai.

3.3.2 Pembuatan Metode 2
1. Mencampur semua bahan, dengan blender dan menambahkan 1 liter air suling (aquadestilata).
2. Masukkan ke dalam botol yang steril.
3. Menambahkan gula pasir 2 sendok makan.
4. Menambahkan decomposer BSA atau diganti EM-4.
5. Menutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi.
6. Setelah satu minggu, menyaring larutan dan siap untuk digunakan.
7. Menyemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada batang dan daunnya dengan dosis 60 cc/liter air, Interval 1 minggu 1 kali. Pencairan 1 liter harus habis 1 kali pemakaian

3.3.3 Pembuatan Cara 3
1. Mencampur semua bahan sampai merata
2. Memasukkan bahan ke dalam botol/jerigen yang ada tutupnya lalu mengocok setiap pagi dan sore hari
3. Setiap selesai dikocok, membuka tutup botol agar gas yang dihasilkan bisa keluar.
4. Melakukan proses tersebut selama + 15 hari, setelah itu menghentikan pengocokan (setelah tidak ada gas yang terbentuk) dan biarkan selama 7 hari.
5. Menggunakan dosis 5-10 cc/ liter air, dengan cara disemprotkan. Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman.

3.3.4 Pembuatan Cara 4
1. Menumbuk sampai halus dari bahan daun nimba, daun serai wangi, dan laos, kemudian merendam dalam air.
2. Memeras larutan dan menyaringnya, lalu hasil saringan dicampur dengan EM-4 dan cairan gula / molase.
3. Mengocok dan mengadukk agar tercampur merata.
4.Memakai dosis 10-20 cc/liter air, bisa ditambah perakat kemudian disemprrotkan. Untuk megendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur dan efektif untuk hama penghisap.



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil

4.2    Pembahasan
Pestisida nabati merupakan salah satu pestisida yang terbuat dari bahan alami seperti daun, biji getah yang dihasilkan oleh tanaman. pestisida ini tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan seperti pestisida kimia sehingga tidak merugikan bagi lingkungan sekitar. Pestisida ini bekerja seperti pestisida kimia yang terkadang dapat membunuh hama yang menyerang tetapi kebanyakan pestisida ini hanya menurunkan tingkat serangan akibat adanya senyawa yang tidak disenangi oleh serangga. Berikut beberapa cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:

1.     merusak perkembangan telur, larva dan pupa.
2.     menghambat pergantian kulit.
3.     mengganggu komunikasi serangga.
4.     menyebabkan serangga menolak makan.
5.     menghambat reproduksi serangga betina.
6.     mengurangi nafsu makan.
7.     memblokir kemampuan makan serangga.
8.     mengusir serangga.
9.     menghambat perkembangan patogen penyakit.

Pestisida nabati dapat dibuat dari tanaman disekitar kita karena setiap tanaman memiliki senyawa tersendiri yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Berikut ini beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan cara pembuatannya:

1. Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami.  Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit.  Kemudian biarkan dingin lalu saring.  Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

2. Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak.  Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air.  Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

1. Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga. Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup.  Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari.  Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air.  Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.

5. Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay.  Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan.  Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring.  Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

5. Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung.  Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.

6. Kemangi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.

7. Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.

8. Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk. Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring.  Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.

9. Daun Pepaya
a) Ambil daun papaya sebanyak kurang lebih 1 (satu) kilogram, atau kira-kira sekitar 1 (satu) kantong plastik kresek besar. Lalu dilumatkan (bisa diblender) dan dicampurkan dalam 1 (satu) liter air, kemudian dibiarkan selama kurang lebih 1 (satu) jam. Langkah berikutnya disaring, lalu ke dalam cairan daun papaya hasil saringan ditambahkan lagi 4 (empat) liter air dan 1 (satu) sendok besar sabun.
b) Ampas lumatan daun papaya bisa dimasukkan ke dalam komposter untuk tambahan bahan kompos. Cairan air papaya dan sabun sudah dapat digunakan sebagai pestisida alami.
c) Semprotkan cairan ini pada hama-hama yang mengganggu tanaman kita. Semprotan pestisida air papaya dan sabun ini dapat membasmi aphid (kutu daun), rayap, hama-hama ukuran kecil lainnya, termasuk ulat bulu.(Setiawati, W, dkk,. 2008).

Aplikasi pestisida ini kurang begitu digunakan dalam kalangan petani karena pestisida ini tidak memiliki tingkat kematian pada hama yang relatif kecil dibandingkan pada pestisida kimia. Pestisida nabati mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pestisida nabati yaitu murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak menimbulkan resistensi terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain, menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Sedangkan kelemahan dari pestisida ini yaitu daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara langsung, tidak tahan terhadap sinar matahari, kurang praktis, tidak tahan disimpan, kadang-kadang harus diaplikasikan atau disemprotkan berulang-ulang dan lain-lain.

Cara pembuatan pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan yang berhasil baik atau efektif di suatu tempat belum tentu berhasil baik pula ditempat lain karena setiap campuran dari pestisida nabati bersifat khusus lokasi artinya bahwa pestisida ini bekerja secara spesifik seperti pestisida dari biji mimba yang dapat mengendalikan serangga dan lain-lain. Hal ini disebabkan suatu tumbuhan yang sama tetapi jika tumbuh di lingkungan yang berbeda maka kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula. Oleh sebab itu dosis dan konsentrasi bahan aktif yang digunakan pun akan berbeda pula. Jadi ramuan pestisida nabati akan tergantung pada hasil pengujian di lokasi setempat dan tidak berlaku ditempat lain. Untuk menghasilkan pestisida nabati yang dibuat secara sederhana yaitu Penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupatepung, abu, atau pasta, rendaman untuk mendapatkan ekstrak, rebusan bagian tanaman atau tumbuhan misalnya akar, batang, umbi, batang, daun, biji, danbuah ( Kardinan, 2002).

Pada pembuatan pestisida nabati dengan cara fermentasi digunakan mikroorganisme buatan yang dinamakan EM4. EM4 merupakan efektif mikroorganisme dari 4 mikroorganisme yang tidak baku. EM4 dalam proses pestisida nabati digunakan uuntuk mempercepat proses decomposer oleh mikroorganisme dan menghilangkan bau dari bahan sehingga tidak mengganggu keshatan manusia. Pembuatan pestisida nabati dengang menggunakan cara fermentasi ditambah gula pasir sebagai makanan mikroorganisme atau EM4 sehingga mikrobia tidak saling menyerangg karena proses fermentasi jika populasi mikrobia terlalu banyak dan bahan makanan terlalu sedikit maka mikroorganisme akan saling menyerang dan menghambat mikroorganisme.

Dari data pengamatan menggunakan berbagai macam bahan seperti tembaku, nimba, cabe dn lain-lain didapat data diatas serta digunakan bakteri EM4 agar dalam fermentasi penguraian zat yang ada dapat sempurna. Pada cara 1 warna berubah menjadi hijau tua sampai kuning coklat karena proses penguraian bakteri decomposer. Untuk aroma cara 1 dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan tetap tidak menyengat sedangkan untuk endapan pada awal pengamatan tidak mengendap tetapi akhir pengamatan mengendap yang berada dibawah botol. Pada cara 2 warna berubah dari hijau tua menjadi coklat muda, untuk aroma pada pengamatan awal menyengat tetapi akhir pengamatan tidak menyengat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh proses penguraian didalam botol sehingga bau-bau yang awalnya menyengat berubah menjadi tidak menyengat. Untuk endapan pada awal pengamatan tidak terjadi endapan tetapi pada akhir pengamatan terdapat endapan. Pada cara ke 3 warna berubah dari awalnya coklat tua menjadi coklat tua pekat, untuk aroma pada awalnya menyengat tetapi akhir pengamatan tidak menyengat sedangkan untuk endapan sama seperti cara 1 dan 2 yaitu tidak mengendap pada awal pengamatan tetapi akhir pengamatan mengalami endapan. Cara 4 warna berubah dari awal hijau tua pekat menjadi kuning kecoklatan, untuk aroma dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan tetap tidak menyengat, sedangkan untuk endapan tidak mengendap pada awal pengamatan tetapi akhir pengamatan mengendap. Perubahan-perubahan yang ada dalam proses fermentasi karena EM4 yang ada dalam botol efektif dalam mengendalikan proses dekomposisi didalam botol.

BAB 5 KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari beberapa hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pestisida nabati merupakan suatu senyawa yang dapat mengendalikan hama dan penyakit bagi tanaman tetapi tidak merugikan lingkungan karena terbuat dari bahan yang alami.
2. Pembuatan pestisida nabati dengan cara fermentsi dilakukan untuk memperoleh senyawa-senyawa yang baik untuk mengendalikan OPT yang menyerang.
3. Ada beberapa tanaman yang digunakan untuk pestisida nabati seperti tomat, serai, pepaya dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, dkk. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman Tropis terhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. Jurnal Agroekologi Tropika 1(1): 1-11.

Dwiari, dkk. 2008. Teknologi Pangan Jilid 1 Untuk SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan aplikasi. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya, Jakarta.

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hayati Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Setiawati, W, dkk. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati  dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Tohir, A.M. 2010. Teknik Ekstraksi Dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura Fabr.) Di Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian 15(1): 37-40.

Tombe, Mesak. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan Agensia Hayati Untuk Pengendalian Penyakit Busuk Jamur Akar Putih Pada Jambu Mete. Bulettin Littro 14(1): 68-77.

Post a Comment

0 Comments

Close Menu