BUDIDAYA
PADI GOGO PADA LAHAN KERING
OLEH:
KELOMPOK 1
SALMIN MOINTI
HAFID SAUD
ISRAWATI
DIAN SAPUTRI
RINALDI
DINA ILA
PARIN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
ALKHAIRAAT PALU
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Sejarah Singkat
Padi
merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000
tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh
India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi
adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
B.
Jenis Tanaman
Klasifikasi
botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Monotyledonae
Keluarga
: Gramineae (Poaceae)
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza spp.
Terdapat
25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspecies yaitu
Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi
dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran
tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varietas
padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih diminati oleh petani
karena daya adaptifnya yang baik antara lain : varietas Buyung, Cantik,
Katumping, Sabai dan Sasak Jalan. Demikian pula di Sumatera varietas lokal
seperti Arias, Simaritik, Napa, Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam, dll.
Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur panjang, potensi hasilnya rendah
sekitar 2 ton GKG/ha. Namun kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak
yang sesuai dengan etnis daerah setempat. Selain itu varietas lokal toleran
terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap beberapa jenis hama dan
penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah, serta
pemeliharaan mudah dan sederhana.
Varietas
unggul padi gogo telah dilepas sejak tahun 1960-1994. Varietas Danau Atas,
Danau Tempe dan Laut Tawar merupakan varietas yang cocok dibudidayakan pada
lahan podsolik merah kuning. Varietas Gajah Mungkur dan Kalimutu yang dilepas
tahun 1994 cocok dikembangkan pada lahan-lahan kering yang tersebar di kawasan
Nusa Tenggara.
C.
Manfaat Tanaman
Beras
merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara Asia.
Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras
dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu jerami padi
dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani.
D.
Sentra Penanaman
Pusat
penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen
padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi
padi nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi
Jawa Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang
berarti. Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang
meliputi area panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif,
hasil padi gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik
hasil padi sawah mencapai 6-7 ton/ha.
E.
Syarat Pertumbuhan
Pada
dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang
paling penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut.
Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis tanah.
Sedangkan persyaratan utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan
iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo. Hal ini disebabkan kebutuhan
air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan.
1.
Iklim
Padi
gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya
mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan
rendah sampai daratan tinggi. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU
sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4
bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan
berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau
atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu
tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena
penyerbukankurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650
m dpl dengan temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500
m dpl dengan temperature 19-230C.
Tanaman
padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Di Indonesia memiliki
panjang radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan intensitas radiasi 350
cal/cm2/hari pada musim penghujan. Intensitas radiasi ini tergolong rendah jika
dibandinkan dengan daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari.
Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang
akan merobohkan tanaman.
2.
Tanah
Padi
gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak
begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Sedangkan yang
lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan
biologi tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman
yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian
mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada lapisan
tanah setebal 0 – 30 cm.
Struktur
tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah. Tanah
yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus
sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya
tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH) tanah bervariasi
dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada umumnya dijumpai
gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al. sedangkan bila pH lebih besar
dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn.
II.
TEKNIK BUDIDAYA
A. Pemilihan Varietas
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan varietas padi gogo untuk diusahakan di suatu daerah antara
lain adalah;
1. Kesesuaiannya terhadap
lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, iklim),
2. Umur tanaman yang erat kaitannya
dengan curah hujan yang ada dan pola tanam,
3. Ketahanan terhadap hama dan
penyakit,
4. Produktivitas.
Sedangkan syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa,
potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan
cerah.
c) Bentuk gabah tidak berubah dan
sesuai aslinya.
d) Daya perkecambahan >80%.
B. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah untuk pertanaman
padi gogo dimulai sebelum atau menjelang musim penghujan. Pengolahan tanah
dilakukan sesuai kondisi lahan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan
untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, yaitu menciptakan
keseimbangan antara padatan, aerasi dan kelembaban tanah. Ada lahan yang perlu
pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak perlu pengolahan
tanah (zerro tillage) seperti tanah podzolik merah Kuning di Sumatra yang
memiliki tingkat kemiringan > 10%. Karena jika dilakukan pengolahan tanah
justru akan merugikan disamping menambah biaya juga menyebabkan tanah lebih
peka terhadap erosi sehingga kesuburannya menurun. Demikian pula hasil padi
yang diperoleh antara sistem olah tanah sempurna dengan oleh tanah minimum
tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah tanah minimum lebih ekonomis. Cara
pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
1. Lahan dibersihkan dari tanaman
penggangu dan rumput sambil memperbaiki pematang dan saluran drainase.
2. Tanah dibajak dua kali pada
kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
3. Pemupukan organik diberikan pada
waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20 ton/ha.
4. Untuk menghaluskan tanah, tanah
digaru lalu diratakan.
5. Tanah dibiarkan sampai hujan
turun.
Dalam budidaya tanpa olah tanah
untuk mengendalikan gulma digunakan herbisida. Sebelum aplikasi herbisida
dilakukan, gulma (terutama alang-alang) direbahkan atau dibakar terlebih
dahulu, setelah tumbuh sekitar 60 cm (tidak sedang berbunga) baru diadakan
penyemprotan. Takaran herbisida jenis Roundup antara 5-6 l/ha dengan pelarut
air antara 200-800 l/ha.
C. Waktu tanam
Penaman yang baik dilakukan setelah
terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober – Nopember). Bahkan
ada petani yang telah menebar benih pagi gogo sebelum hujan turun atau yang
lebih dikenal dengan sistem Sawur tinggal. Sistem tanam sawur tinggal dapat
dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan sedikit (bulan basah
antara 3 – 4 bulan) per tahun dan sulit mendapatkan tenaga kerja.
D. Penanaman
Penanaman padi gogo pada dasarnya
dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu :
1. Cara tanam disebar
Cara tanam ini dilakukan dengan
menyebar rata diatas permukaan tanah atau lahan yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Kebutuhan benih pada cara ini biasanya lebih banyak
dibandingkan cara yang lain, yaitu berkisar 60 – 70 kg/ha. Cara tanam ini
mempunyai keuntungan tenaga kerja tanam yang dibutuhkan sedikit. Kelemahan dari
cara ini antara lain :
ØMemerlukan benih lebih banyak
ØResiko benih dimakan hama lebih tinggi,
karena di permukaan
ØTanaman lebih peka terhadap kekeringan
atau kekurangan air.
ØResiko benih hanyut jika terjadi hujan
lebat lebih tinggi
ØLebih sulit dalam perawatan, termasuk
pengendalian gulma.
Untuk mengurangi resiko atau
kelemahan tersebut maka perlu dilakukan antisipasi seperti pembuatan saluran
drainase atau parit-parit sehingga terbentuk bedeng-bedeng untuk mencegah
genangan air. Guna mengendalikan rumput sebaiknya diaplikasikan herbisida pra
tumbuh sebelum sebar benih. Penggunaan seed treatment untuk menanggulangi hama.
2. Cara tanam alur
Lahan yang telah dipersiapkan
dibuat alur-alur sedalam 3 – 4 cm, dengan jarak antar alur 20 – 25 cm. Kemudian
dalam alur tersebut disebarkan benih padi secara iciran, artinya benih padi
dijatuhkan secara manual dengan tangan dan diatur sedemikian rupa sehingga
benih jatuh dalam alur tersebut secara merata. Setelah itu benih dalam alur
ditutup kembali dengan tanah. Kebutuhan benih cara tanam alur ini berkisar
antara 40 – 50 kg/ha, jadi lebih sedikit dibandingkan dengan sistem sebar.
3. Cara tanam tugal
Pada cara tanam ini lahan yang sudah
siap dibuat lubang-lubang tanam dengan menggunakan tugal. Pada umumnya untuk
pertanaman padi gogo menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Setelah lubang bekas
tugal terbentuk kemudian 2 – 3 butir benih dimasukkan ke dalam setiap lubang
tanam dan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Sebaiknya sebelum ditanam
benih direndam sekitar 6 – 12 jam, kemudian dikeringanginkan sekitar 6 – 12
jam. Pada cara tanam dengan tugal ini kebutuhan benihnya ± 30 kg/ha, dan
perawatan tanaman akan lebih mudah. Oleh karena itu cara ini yang paling banyak
dipraktekkan oleh petani meskipun memerlukan tenaga kerja tanam lebih banyak
dibandingkan cara sebat atau alur.
Jarak tanam atau jarak antar larik
dan jumlah benih/lubang/ha sangat tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan kualitas
benih yang ditanam. Semakin subur tanah, jarak tanam dapat semakin rapat.
Demikian pula, semakin baik kualitas benih, maka semakin sedikit jumlah benih
yang diperlukan. Jarak tanam, jumlah benih dan cara tanam dapat berpengaruh
terhadap hasil padi gogo di lahan kering.
E. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyulaman Padi Gogo dilakukan pada
umur 1-3 minggu setelah tanam.
2. Penyiangan
Dilakukan secara mekanis dengan
cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu
tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu.
Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan pertama
dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.
3. Pemupukan
Pupuk yang digunakan dalam budidaya
padi gogo sebaiknya dikombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pemberian pupuk organik (pupuk kandang atau kompos), dapat memperbaiki sifat
fisik dan biologi tanah. Sedangkan pemberian pupuk anorganik yang dapat
menyediakan hara dalam waktu cepat, pada dosis yang sesuai kebutuhan tanaman
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil.
Pupuk organi diaplikasikan pada
saat penyiapan lahan. Pupuk ini dipakai untuk meningkatkan kandungan C organik
tanah dan meningkatkan kehidupan mikroorganisme tanah. Dosis pupuk pada
pertanaman padi gogo harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanahnya. Jenis
pupuk anorganik yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50
kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan
8 minggu setelah tanam. Pupuk urea , TSP maupun KCl sebaiknya diberikan dalam
alur atau ditugal kemudian ditutup kembali dengan tanah untuk mencegah
kehilangan unsurnya.
Tabel
: waktu dan cara pemberian pupuk anorganik pada pertanaman padi gogo
Jenis
Pupuk
|
Waktu
pemupukan
|
Cara
Pemupukan
|
|||
0
hst
|
14
hst
|
42
hst
|
55
hst
|
||
Urea
|
-
|
1/6
bag
|
1/2
bag
|
1/3
bag
|
Ditugal/alur
|
TSP
|
1
bag
|
-
|
-
|
-
|
Dalam
alur/ sebar
|
KCl
|
1
bag
|
-
|
-
|
-
|
Dalam
alur/sebar campur tanah
|
Keterangan :
Bag = bagian dari dosis yang
digunakan
Hst = haris setelah tanam
4. Pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman
a. Pengendalian gulma
Gulma yang tumbuh pada pertanaman
padi gogo di lahan kering dapat digolongkan menjadi golongan gulma berdaun
lebar, golongan rumput dan golongan teki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
akibat pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat menurunkan hasil
sampai 17% (Lamid, Z.1984).
Pengendalian gulma dilakukan secara
kultur teknis dan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Secara mekanis
gulma dapat dikendalikan dengan menggunakan cangkul atau kored. Pelaksanaannya
dilakukan pada saat tanaman berumur 14 – 28 hari dan 60 hst. Sedangkan untuk
mengendalikan gulma secara kimiawi dengan herbisida, dapat mengikuti petunjuk
dari hasil Penelitian Puslitbangtan Bogor tentang jenis herbisida yang dapat
digunakan untuk pertanaman padi gogo seperti Satunil 60 EC, Ronstar 25 EC dan
Gasafax 80 WP
b. Hama tanaman padi gogo
1) Hama lalat bibit
Lalat bibit (Atherigona oryzae)
termasuk hama penting pada padi gogo. Larva dari
lalat ini menimbulkan kerusakan
pada tanaman muda. Larva menyerang anakan tanaman padi yang sedang tumbuh,
sehingga anakan mati seperti terserang sundep. Anakan yang dapat bertahan
daunnya cacat dan mudah sobek dan pada umumnya tanaman yang terserang hama ini
dapat sembuh, tetapi akan terlambat masak sekitar 7 – 10 hari.
Pengendalian secara kultur teknis
dapat dilakukan dengan penanaman padi gogo pada awal musim hujan. Penggunaan
varietas yang tahan seperti Arias, Seratus Malam Danau atas juga dapat
dilakukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan seed treatment menggunakan
Larvin 75 WP atau Marshall 25 ST. Sedangkan setelah tanaman berumur 7 hari
dapat dilakukan penyemprotan dengan Dekasulfan 350 EC.
2) Hama lundi
Hama lundi (Phillophaga helleri)
atau lebih dikenal dengan hama uret termasuk hama penting pada pertanaman padi
gogo. Stadia yang merusak dari hama lundi adalah larvanya. Untuk hidupnya, hama
ini membutuhkan kelembaban tanah yang tinggi. Disamping itu hama lundi menyukai
tanaman yang berakar serabut. Pemakaian bahan organik juga dapat mendorong hama
lundi, karena larva yang baru menetas akan makan bahan organik yang ada di
dalam tanah. Tanaman padi yang terserang menjadi kerdil dan kayu.
Pengendalian hama lundi secara
kultur teknis dapat dilakukan dengan penundaan pengolahan tanah sampai kumbang
dewasa selesai bertelur, yaitu kira-kira terjadi setelah 3 minggu turun hujan.
Dengan pengolahan tanah yang dalam, telur dan larva akan terangkat ke permukaan
tanah sehingga dapat dirusak oleh sinar matahari atau musuh alaminya.
Insektisida yang efektif untuk hama lundi adalah Furadan atau Dharmafur 3 G
yang diberikan dekat alur tanaman pada saat tanam
dengan dosis 10 kg/ha.
3) Hama wereng coklat
Wereng penyerang batang padi:
wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih
(Sogatella furcifera). Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat
ini hama wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat
menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning
dan mengering, sekelompok tnaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering
menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas
tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan
lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;
(2) penerapan pola tanam, jangan menanam padi lebih dari 2 kali musim tanam
pertahun (3) pembajakan sisa-sisa panen dengan segera (4) pemberian pupuk
nitrogen secara bertahap. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
penyemportan insektisida Applaud 10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC
dengan dosis sesuai petunjuk pada label.
4) Walang sangit (Leptocoriza
acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu
dengan cara menghisap cairan di dalamannya.
Gejala: dan menyebabkan buah hampa
atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada
daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan
memunahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik; (2) menyemprotkan
insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.
5) Hama tikus (Rattus
argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami
kerusakan parah apabila terserang oleh hama tikus dan menyebabkan penurunan
produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.
Gejala: adanya tanaman padi yang
roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada
tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman,
sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu,
penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur, memberikan umpan
beracun seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau beras.
c. Penyakit tanaman padi gogo
1) Bercak daun coklat
vPenyebab: jamur Helmintosporium
oryzae).
vGejala: menyerang pelepah, malai, buah
yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat
tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah
mati.
vPengendalian: (1) merendam benih di
dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini,
menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida
Rabcide 50 WP.
2) Blast
vPenyebab: jamur Pyricularia oryzae.
vGejala: menyerang daun, buku pada malai
dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai
dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat
dan butiran padi menjadi hampa.
vPengendalian: (1) membakar sisa jerami,
menggenangi sawah, menanam varietas unggul yang tahan (laut tawar, IR 43, danau
atas, dll); (2) pemberian pupuk berimbang, khusuasya antara nitrogen dan fosfat
di saaat pertengahan fase vegetative dan fase pembentukan bulir; (3) pergiliran
varietas (4) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin
20 AS atau Rabcide 50 WP.
3) Penyakit garis coklat daun
(Narrow brown leaf spot,)
vPenyebab: jamur Cercospora oryzae.
vGejala: menyerang daun dan pelepah.
Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang
2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.
vPengendalian: (1) menanam padi tahan
penyakit ini seperti Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2)
menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.
4) Busuk pelepah daun
vPenyebab: jamur Rhizoctonia sp.
vGejala: menyerang daun dan pelepah
daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan
jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara
ekonomi.
vPengendalian: (1) menanam padi tahan
penyakit ini; (2) menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti
Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
5) Penyakit fusarium
vPenyebab: jamur Fusarium moniliforme.
vGejala: menyerang malai dan biji muda,
malai dan biji menjadi kecoklatan
hingga coklat ulat, daun terkulai,
akar membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
vPengendalian: merenggangkan jarak
tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
6) Penyakit noda/api palsu
vPenyebab: jamur Ustilaginoidea virens.
vGejala: malai dan buah padi dipenuhi
spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak
menimbulkan kerugian besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit,
menyemprotkan fungisida pada malai sakit.
5. Panen
Umur panen padi gogo bervariasi
tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Panen sebaiknya dilakukan pada fase
masak panen yang dicirikan dengan kenampakkan >90% gabah sudah menguning
(33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah
hijau dan kadar air gabah 21-26 %. Panen yang dilakukan pada fase masak lewat
panen, yaitu pada saat jerami mulai mengering, pangkal mulai patah, dapat
mengakibatkan banyak gabah yang rontok saat dipanen.
Sebelum pemanenan, dilakukan
pengeringan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong
pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder
panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar, sedangkan dengan
Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar. Perontokan
hasil panen menggunakan pedal thresher. Perontokan dengan pengebotan
(memukul-mukul batang padi pada papan) sebaiknya dihindari karena kehilangan
hasilnya cukup besar, bisa mencapai 3,4%. Kegiatan yang dilakukan pasca panen
seperti berikut :
1. Perontokan. Lakukan secepatnya
setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar),
dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua
tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat.
Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1
hektar hasil panen.
2. Pembersihan. Bersihkan gabah
dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh
lebih dari 3 %.
3. Jemur gabah selama 3-4 hari
selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14%. Secara tradisional padi dijemur
di halaman. Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin
daripada dijemur di halaman.
4. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke
dalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras.
Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Padi gogo merupakan jenis padi yang
dibudidayakan pada lahan marginal atau lahan kering dimana pemenuhan kebutuhan
air tanaman tergantung pada hujan yang turun (tadah hujan). Oleh karena itu
penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim
penghujan (Oktober – Nopember) agar kebutuhan air teerpenuhi. Padi ini pada
umumnya lebih banyak diusahakan di daerah-daerah di luar Pulau Jawa, terutama
Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara karena sebagian besar wilayah ini
berbukit-bukit dan merupakan jenis lahan kering.
Pada dasarnya dalam budidaya
tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor
genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah
tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut. Tanaman padi gogo dapat
tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis tanah.
Ada lahan yang perlu pengolahan
tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak perlu pengolahan tanah (zerro
tillage). Pengolahan tanah yang sempurna justru merugikan, karena disamping
menambah biaya juga menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi sehingga
kesuburannya menurun. Demikian pula hasil padi yang diperoleh antara sistem
olah tanah sempurna dengan oleh tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga
sistem olah tanah minimum lebih ekonomis.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
1996. Intensifikasi Padi Gogo. Departemen Pertanian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian; Ungaran
Noor,
M. 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya; Bogor
Hantoro,
F.R.P. 2007. Teknologi Budidaya Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Tengah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Teguh
Rahayu. 2000. Budidaya Tanaman Padi Dengan Teknologi Mig-6 plus. BPP Teknologi
dan MiG-6 Plus