Hargai Walau 1 Kebenaran

suatu hari seorang guru menulis di papan tulis. Tetapi, setelah selesai menulis ia malah ditertawakan para murid di kelas.

Guru itu menuliskan rentetan perkalian kelipatan delapan. Ia menulis:

8X1 = 7

8X2 = 16

8X3 = 24

8X4 = 32

8X5 = 40

8X6 = 48

8X7 = 56

8X8 = 64

8X9 = 72

8X10 = 80

Murid-murid tertawa terbahak. Mereka meledek gurunya karena salah dalam menghitung dan menulis perkalian 8x1 = 7. Tawa itu menggema memekik telinga dalam kelas. Setelah derai tawa berhenti, sang guru bicara.

“Saya sengaja menulis kesalahan perkalian tersebut. Inilah pelajaran hari ini untuk kita. Semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua,” jelas sang guru. Murid-murid bingung. Belum tahu apa maksud gurunya.

Giliran gurunya tersenyum. Kalian bingung, kan? Guru itu menjelaskan, dari 10 perkalian di atas, sembilan di antaranya benar semua. Hanya satu yang salah. “Tetapi satu kesalahan itu menutup semua kebenaran. Itulah dunia! Kalian akan ditertawakan dunia jika membuat satu kesalahan. Tak peduli dengan kebenaran dan kebaikan yang telah kalian lakukan lebih banyak.”

Para murid makin serius menyimak. Guru melanjutkan, “Jangan takut jika kalian membuat kesalahan. Gagal, bangkit lagi. Begitu terus. Manusia adalah tempatnya salah. Tetapi jangan sengaja membuat kesalahan. Bila terlanjur salah, minta maaflah, akui kesalahan, perbaiki, dan bangkit lagi.”

Hal penting lainnya, sang guru menambahkan, “Kita pun harus banyak melihat kebaikan dan kebenaran seseorang. Jangan sampai hanya karena orang membuat satu kesalahan, kita menyalahkan, mencaci, membenci, tanpa mengingat begitu banyak kebaikan dan kebenaran yang telah dilakukannya.”

Satu hal lainnya, guru menegaskan lagi. “Jangan melihat orang dari permukaan. Dari penampilan atau tampak luarnya. Kalian menertawakan lebih dulu tanpa tahu maksud terpendam dari 8x1=7. Tanpa bertanya, tetapi sudah memvonis dengan ejekan tertawaan. Begitulah kehidupan. Kita sering terjebak tampilan luar, sering pula mudah memvonis seseorang tanpa menguliti permasalahan yang terjadi.”

Para murid saling pandang. Ada yang menunduk. Beberapa tak kuat menahan haru. Murid lainnya meneteskan air mata. Mereka malu. Kata-kata gurunya begitu menohok. Padahal gurunya memberi pelajaran sangat berharga bagi mereka, tapi malah ditertawakan.

Itulah tipuan dunia: hanya permainan dan senda gurau belaka.

Post a Comment

Previous Post Next Post