BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transformasi pertanian menuju modernisasi ditandai oleh tahapan masyarakat industri dengan ciri produktivitas tinggi, efisien dalam penggunaan sumber daya alam dan teknologi, serta mampu berproduksi dengan menghasilkan output yang berkualitas dan bernilai tambah tinggi. Dengan kata lain, pertanian modern dapat menjadi suatu wujud sistem usaha tani dengan spesialisasi produk yang sangat beragam, penggunaan tradeable input makin tinggi dan sudah mempraktekkan sistem manajemen usaha tani lebih efisien. Dengan ciri-ciri tersebut tuntutan diterapkannya suatu sistem manajemen usaha pertanian yang secara optimal memanfaatkan sumber daya lokal yang spesifik dan berkelanjutan menjadi keharusan. Dalam masa reformasi pembangunan pertanian di Indonesia disiapkan untuk memasuki era modernisasi dengan konsep pembangunan pertanian berwawasan agribisnis. Pembangunan pertanian berwawasan agrbisnis diletakkan sebagai bagian pembangunan ekonomi dengan suatu grand strategimembangun sistem dan usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.Ciri pembangunan ini tidak dapat dipisahkan dari keragaman wilayah, ekosistem dan zona agro-ekologi yang memberikan kekayaan sistem dan usaha tani yang spesifik dari satu wilayah ke wilayah lain. Keragaman wilayah tersebut memberikan ciri kemampuan wilayah spesifik yang berbeda satu dengan yang lain( natural resource endowment). Sarana prasarana, sistem budaya, sistem sosial, dan kemampuan sumber daya manusia dalam mengantisipasiperubahan dinamika domestik dan global pada akhirnya akan muncul sebagai regional capacity dari suatu peta kemampuan ekonomi pertanian Indonesia. Sumber daya lahan pertaniannya terdiri dari berbagai ekosistem yang memiliki ciri sangat spesifik, yang tercipta dari berbagai komponen alamiah, dan buatan manusia, termasuk di dalamnya sistem budaya. Jika digambarkan akan muncuk suatu mozaik yang memetakan kemampuan wilayah dan kinerja ekonomi pertaniannya. Untuk wilayah lahan berbasis irigasi, petani dihadapkan pada lingkunganpertanian yang potensial untuk berusaha padi dan tanaman pangan lain. Sedangkan pada lahan kering ekosistem ini menuntun petani untuk mengembangkan pertanian dengan basis lahan kering.
B. Tujuan
· Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu Mekanisasi pertanian.
· Agar mahasiswa dapat menerapkan prnsip prinsip mekanisasi pertanian
BAB ll
TINJAUN PUSTAKA
2.1. Tantangan dan Isu Pembangunan Pertanian
Kabinet Indonesia Bersatu telah diumumkan pada tanggal 20 Oktober 2004. Seharisesudah diumumkan Menteri Koordinator Perekonomian menyatakan bahwa fokus pembangunan ekonomi pada 5 tahun mendatang ( 2004-2009) adalah pembangunan pertanian. Alasan yang dipakai sebagai dasar adalah sektor pertanian merupakan sektor yang menghidupi lebih dari 50% tenaga kerja di Indonesia, sumber daya pertanian yang dimiliki juga memberikan dukungan yang besar. Namun demikian beban sektor ini memang sangat berat pada masa masa reformasi ini, antara lain disebutkan oleh Andreas Maryoto ( Kompas, 26 Okktober 2004) adalah;
(a) penyelundupan gula,
(b) konversi lahan,
(c), penyakit hewan,
(d) membanjirnya produk impor,
(e) bioteknologi.
Pada akhir atrikelnya disebutkan perlunya mekanisasi pertanian untuk menjawab tantangan pergeseran minat angkatan muda pada sektor pertanian, yang sebenarnya gejala ini sudah sangat lama dikemukakan oleh para ahli dan peminta mekanisasi pertanian pada Seminar Mekanisasi Pertanian Untuk Pembangunan Anton Apriantono (2004) pada pidato serah terima Menteri Pertanian menyebutkan hal yang sama dengan penekanana pada masalah
(a) konversi lahan pertanian dari pertanian ke non pertanian yang semakin luas,
(b) ancaman produk impor dari luar negeri,
(c) Berkecamuknya wabah penyakit dan OPT, hewan dan ternak; (d) berkembangnya standar mutu produk pertanian,
(e) Pemakaian dan pemanfaatan bio teknologi,
(e) Konsep swa sembada pangan yang mulai dipertanyakan pelaksanaan dan mekanismenya, (f) konflik kepentingan antar pusat dan daerah.
Dari dua hal tersebut, sebenarnya sudah dapat diduga, bahwa proses transformasi ditandai dengan pergeseran struktur perekonomian yang semakin jelas, yaitu menurunnya kontribusi relatif sektor pertanian pada GDP, dari lebih 50% pada tahun 1970 an menjadi hanya sekitar 17% pada tahun 2003. Namun demikian tidak diimbangi oleh menurunnya kontribusi tenaga kerja dari lebih 50% pada tahun 1970, menjadi sekitar 45% pada tahun 2000. Ada indikasi ketimpangan struktural. Dari keragaan pembangunan, keberhasilan di sektor pertanian 1 Pidato Serah terima Menteri Pertanian 20 Oktober 2004.
Laporan Akhir 7 yang menonjol adalah tercapainya swasembada beras pada tahun 1984 dan semakin mantapnya peningkatan produksi danproduktivitas beberapa komoditas strategis lainnya yang berasal dari komoditas palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Keberhasilan ini telah membawa dampak perbaikan terhada pendapatan, kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya, terciptanya kesempatan kerja serta meningkatkan ekspor non migas. Demikian pula keberhasilan pembangunan sektor pertanian telah membawa dampak terhadap perubahan perilaku petani yang mulai beralih orientasi usahataninya, dari usahatani subsisten ke usahatani komersial, dan dari usahatani tradisonal kearah usahatani dengan teknologi yang lebih moderen. Ringkasnya selama PJP I sektor pertanian telah memberikan peranan yang sangat besar bagi perekonomian nasional. (Baharsyah, 1997). Namun demikian, pada masa 1997 - sekarang dan awal abad 21 ini sudah terlihat beragam tantangan yang antara lain disebut oleh Menteri Pertanian yang baru dan Andreas Maryoto diatas, yang harus dihadapi oleh sektor pertanian, seperti membanjirnya impor buah, produksi beras yang belum stabil, degradasi sumber daya alam dan lingkungan, melemahnya daya beli, kesenjangan produksi yang belum dapat teratasi dengan baik dan banyak lagi. Disamping harus mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai dalam PJP I, sektor ini bersama-sama dengan sektor yang lain memasuki suatu dunia persaingan yang semakin ketat, tajam dan pengaruhnya begitu kuat terhadap kinerja nasional Hal hal tersebut menambah penekanan bahwa sektor pertanian perlu dibangun menjadi sektor yang modern. Gambaran di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian akan tetap penting dalam perekonomian serta tetap berperan dalam pembangunan nasional. Keterkaitan yang erat antara pertanian dan industri serta jasa senantiasa menuntut berkembangnya kebijaksanaan pembangunan pertanian yang dinamis sejalan dengan transformasi perekonomian yang sedang terjadi.
2.2. Faktor faktor Penting dalam Peningkatan Kemampuan
· Ekonomi
Hal hal khusus yang perlu diperhatikan dalam peningkatan pembangunan ekonomi pada sektor pertanian adalah masih lemahnya beberapa aspek pembangunan yang erat dengan penurunan biaya produksi dan keuntungan komparatif negara (Birgman, 2000)2 antara 2David Bergman, 2002. Globalization and the Developing Countries. Emerging Strategis for Laporan Akhir 8 lain sebagai berikut:
a. Akses pada pasar. Pasar merupakan institusi yang sangat diperlukan dala pembangunan pertanian. Dalam konteks ini bukan hanya jarak geografi, namun juga komponen yang menyusun biaya transportasi termasuk di darat, dan biaya biaya lain yang termasuk di dalamnya. Akses pada pasar sering kali menghambat petani di daerah terpencil mendapatkan benefit dari produk usaha taninya. Sarana prasana yang terbatas pada suatu daerah menyebabkan suatu daerah menjadi terisolasi dan pada akhirnya menjadikan wilayah tertinggal dan miskin.
b. Akses pada Teknologi Maju. Rendahnya produktivitas tenaga kerja karena rendahnya mutu sumber daya manusia, menghalangi negara negara berkembang mengambil keuntungan melimpahnya tenaga kerja dan rendahnya biaya tenaga kerja. Demikian pula, kondisi tersebut akan menghambat laju inovasi teknologi. Di sektor pertanian, penggunaan teknologi tradisonal, varietas tradisional dan cara `cara manajemen usaha tani yang berproduksi rendah menyebabkan petani hanya mampu memberikan penghasilan rendah atau sulit memasarkan di pasar lokal dan tidak akan mampu melakukan ekpor. Transfer teknologi berproduksi tinggi kepada mereka akan mampu mempercepat dan meningkatkan produktivitas usaha tani dari subsisten menjadi surplus dan bahkan menuju kepada ekspor jika ditunjang dengan manajemen sistem dan usaha tani yang tepat.
c. Stabilitas Politik dan Ekonomi.
Setiap usaha pembangunan yang berkelanjutan memerlukan stabilitas Politik dan ekonomi sebagai jaminan berjalannya proses pembangunan. Pengalaman selama kurun waktu 7 tahun sejak 1998 memberikan pembelajaran yang mahal kepada bangsa Indonesia. Krisis demi krisis membawa dampak yang memperluas ketidak pastian ekononomi. Krisis Politik membawa dampak kepada krisis ekonomi, dan pada akhirnya meluas pada krisis kepercayaan. Pemulihan kepada strabilitas tidak hanya memakan waktu lama ( sampai sekarang) tetapi juga memakan biaya ekonomi yang sangat tinggi. Konflik yang berkepanjangan juga menjadikan Indonesia menjadi wilayah yang tidak menarik untuk menarik investasi asing.
d. intervensi Pemerintah. Pada masa reformasi peran pemerintah
semakin dikurangi dari peran yang mengatur dan mengarahkan, manjadi peran untuk memfasilitasi. Peran masyarakat (termasuk Rural Development and Poverty Alleviation. CABI Publising. ISNA Laporan Akhir 9 swasta, LSM) menjadi sangat dominan dalam pembangunan. Namun demikian peran sebagai fasilitator tidak serta merta melepaskan semua urusan kepada masyarakat dalam pembangunan. Hal hal yang sifatnya sangat strategis dan merupakan kepentingan publik tetap menjadi kewajiban pemerintah. Penyuluhan pertanian, pembangunan sarana dan prasarana pertanian, dan percepatan pembangunan untuk daerah daerah yang tertinggal, atau pilot pembangunan yang sifatnya trigermasih perlu mendapatkan porsi bantuan pemerintah.Hal hal diatas juga merupakan faktor pemicu atau mempercepat proses mekanisasi pertanian. Seperti dikemukakan oleh Handaka dalam proses inovasi mekanisasi pertanian berkelanjutan ( 2003)3dan Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian ( 2004).
BAB lll
PEMBAHASAN
3.1. PENGERTIAN MEKANISASI PERTANIAN
Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang. Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian(Robbins,2005).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka (Hamiltondkk,1996).
Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara baik, sehingga masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian (Robbins,2005). Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi irigasi dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan masih banyak lagi aspek lainnya yang belum disentuh secara sungguh-sungguh danprofesional.Relevansinya dengan hal tersebut, beberapa hal penting yang harus dilaksanakan antara lain adalah merencanakan atau memperbaiki kondisi lahan (konsolidasi lahan). Selain itu juga mendatangkan dan mengupayakan agar prasarana dan sarana pertanian sampai dan tersedia di lapangan tepat waktu sehingga dapat mengakselerasi pencapaian visi dan misi pertanian modern (Anonim,2011).Pengembangan teknologi pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita umumnya dan petani khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika teknologi pertanian yang cocok tersebut telah berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara kita, maka ketahanan pangan atau swasembada pangan pasti akan tercapai sehingga kemandirian dalam hal ekonomi dan politik dapat kita wujudkan (Siahan,2001).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka.
3.2. PERANAN MEKANISASI PERTANIAN
1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani
3. Menjamin kenaikan kuantitas dan kualitas serta kapasitas produksi pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga(subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming)
5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri.
3.3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEKANISASI PERTANIAN
Sumbangan alat dan mesin pertanian dalam pembangunan pertanian dapat diukur pada berbagai kasus, misalnya penggunaan pompa ai tanah di Jawa Timur yang mampu merubah pola tanam dari padi-bero menjadi padi - padi atau padi – palawija. Demikian pula penggunaan mesin perontok padi yang menurunkan susut panen dari > 5% menjadi kurang dari 2%. Penelitian terhadap perbaikan dan penyempurnaan mesin penggilingan padi mampu menaikkan rendemen giling cukup.
Adapun beberapa keunggulan dari mekanisasi pertanian yaitu :
1. Meningkatkan produksi per satuan luas dengan adanya alat-alat mekanis yang canggih yang telah di gunakan oleh para petani
2. Dengan meningkatnya hasil produksi maka pendapatan para petani juga otomatis akan meningkat
3. Dapat meningkatkan efektifitas, produktivitas, kuantitas dan kualitas hasil pertanian
4. Teknologi pasca panen mampu memberikan dukungan untuk mempertahankan mutu pada penanganan segar, meningkatkan nilai tambah pada hasil produksi dengan proses pengolahan yang benar dan tepat, tanpa memperngaruhi rasa dan aroma.
5. Dapat meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja ( tidak terlalu membutuhkan banyak Sumber Daya Manusia)
6. Menghemat energi dan sumber daya ( benih, pupuk, dan air)
7. Dapat meminimalisir faktor-faktor penyebab kegagalan dalam produksi
8. Meningkatkan luas lahan yang di tanami dan menghemat waktu karena dengan menggunakan alat-alat mekanis pengolahan lahan yang luas dapat dengan cepat terselesaikan dan juga pekerjaan para petani akan lebih terasa ringan.
9. Menjaga kelestarian lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan, serta
10. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
Disamping banyaknya keunggulan dari mekanisasi di atas, terdapat juga beberapa kelemahan dari mekanisasi pertanian, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Tidak dapat dipungkiri bahwa mekanisai pertanian dapat menggeser tenaga kerja manusia dan memberikan dampak negative terhadap pemerataan pendapatan.
2. Membutuhkan biaya yang tinggi dalam pengadaan dan perawatan alat-alat mekanis tersebut
3. Sebagian alat-alat tersebut memerlukan arus listrik dalam penggunaannya, jadi tidak semua alat dapat digunakan di sembarang tempat, seperti tempat yang tidak terdapat sumber arus listrik.
4. Dapat memperbanyak pengangguran karena pada dasarnya semua kegiatan pertanian telah banyak menggunakan alat-alat mekanis yang tidak memerlukan SDM yang banyak.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian FakultasMekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Mugniesyah. 2006. Mesin Peralatan. Departement Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara
Sukirno, MS.1999. Mekanisasi Pertanian.Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian dan Pengelolaannya. Diklat Kuliah. UGM, Yogyakarta.
Wijanto. 2002. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transformasi pertanian menuju modernisasi ditandai oleh tahapan masyarakat industri dengan ciri produktivitas tinggi, efisien dalam penggunaan sumber daya alam dan teknologi, serta mampu berproduksi dengan menghasilkan output yang berkualitas dan bernilai tambah tinggi. Dengan kata lain, pertanian modern dapat menjadi suatu wujud sistem usaha tani dengan spesialisasi produk yang sangat beragam, penggunaan tradeable input makin tinggi dan sudah mempraktekkan sistem manajemen usaha tani lebih efisien. Dengan ciri-ciri tersebut tuntutan diterapkannya suatu sistem manajemen usaha pertanian yang secara optimal memanfaatkan sumber daya lokal yang spesifik dan berkelanjutan menjadi keharusan. Dalam masa reformasi pembangunan pertanian di Indonesia disiapkan untuk memasuki era modernisasi dengan konsep pembangunan pertanian berwawasan agribisnis. Pembangunan pertanian berwawasan agrbisnis diletakkan sebagai bagian pembangunan ekonomi dengan suatu grand strategimembangun sistem dan usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.Ciri pembangunan ini tidak dapat dipisahkan dari keragaman wilayah, ekosistem dan zona agro-ekologi yang memberikan kekayaan sistem dan usaha tani yang spesifik dari satu wilayah ke wilayah lain. Keragaman wilayah tersebut memberikan ciri kemampuan wilayah spesifik yang berbeda satu dengan yang lain( natural resource endowment). Sarana prasarana, sistem budaya, sistem sosial, dan kemampuan sumber daya manusia dalam mengantisipasiperubahan dinamika domestik dan global pada akhirnya akan muncul sebagai regional capacity dari suatu peta kemampuan ekonomi pertanian Indonesia. Sumber daya lahan pertaniannya terdiri dari berbagai ekosistem yang memiliki ciri sangat spesifik, yang tercipta dari berbagai komponen alamiah, dan buatan manusia, termasuk di dalamnya sistem budaya. Jika digambarkan akan muncuk suatu mozaik yang memetakan kemampuan wilayah dan kinerja ekonomi pertaniannya. Untuk wilayah lahan berbasis irigasi, petani dihadapkan pada lingkunganpertanian yang potensial untuk berusaha padi dan tanaman pangan lain. Sedangkan pada lahan kering ekosistem ini menuntun petani untuk mengembangkan pertanian dengan basis lahan kering.
B. Tujuan
· Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu Mekanisasi pertanian.
· Agar mahasiswa dapat menerapkan prnsip prinsip mekanisasi pertanian
BAB ll
TINJAUN PUSTAKA
2.1. Tantangan dan Isu Pembangunan Pertanian
Kabinet Indonesia Bersatu telah diumumkan pada tanggal 20 Oktober 2004. Seharisesudah diumumkan Menteri Koordinator Perekonomian menyatakan bahwa fokus pembangunan ekonomi pada 5 tahun mendatang ( 2004-2009) adalah pembangunan pertanian. Alasan yang dipakai sebagai dasar adalah sektor pertanian merupakan sektor yang menghidupi lebih dari 50% tenaga kerja di Indonesia, sumber daya pertanian yang dimiliki juga memberikan dukungan yang besar. Namun demikian beban sektor ini memang sangat berat pada masa masa reformasi ini, antara lain disebutkan oleh Andreas Maryoto ( Kompas, 26 Okktober 2004) adalah;
(a) penyelundupan gula,
(b) konversi lahan,
(c), penyakit hewan,
(d) membanjirnya produk impor,
(e) bioteknologi.
Pada akhir atrikelnya disebutkan perlunya mekanisasi pertanian untuk menjawab tantangan pergeseran minat angkatan muda pada sektor pertanian, yang sebenarnya gejala ini sudah sangat lama dikemukakan oleh para ahli dan peminta mekanisasi pertanian pada Seminar Mekanisasi Pertanian Untuk Pembangunan Anton Apriantono (2004) pada pidato serah terima Menteri Pertanian menyebutkan hal yang sama dengan penekanana pada masalah
(a) konversi lahan pertanian dari pertanian ke non pertanian yang semakin luas,
(b) ancaman produk impor dari luar negeri,
(c) Berkecamuknya wabah penyakit dan OPT, hewan dan ternak; (d) berkembangnya standar mutu produk pertanian,
(e) Pemakaian dan pemanfaatan bio teknologi,
(e) Konsep swa sembada pangan yang mulai dipertanyakan pelaksanaan dan mekanismenya, (f) konflik kepentingan antar pusat dan daerah.
Dari dua hal tersebut, sebenarnya sudah dapat diduga, bahwa proses transformasi ditandai dengan pergeseran struktur perekonomian yang semakin jelas, yaitu menurunnya kontribusi relatif sektor pertanian pada GDP, dari lebih 50% pada tahun 1970 an menjadi hanya sekitar 17% pada tahun 2003. Namun demikian tidak diimbangi oleh menurunnya kontribusi tenaga kerja dari lebih 50% pada tahun 1970, menjadi sekitar 45% pada tahun 2000. Ada indikasi ketimpangan struktural. Dari keragaan pembangunan, keberhasilan di sektor pertanian 1 Pidato Serah terima Menteri Pertanian 20 Oktober 2004.
Laporan Akhir 7 yang menonjol adalah tercapainya swasembada beras pada tahun 1984 dan semakin mantapnya peningkatan produksi danproduktivitas beberapa komoditas strategis lainnya yang berasal dari komoditas palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Keberhasilan ini telah membawa dampak perbaikan terhada pendapatan, kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya, terciptanya kesempatan kerja serta meningkatkan ekspor non migas. Demikian pula keberhasilan pembangunan sektor pertanian telah membawa dampak terhadap perubahan perilaku petani yang mulai beralih orientasi usahataninya, dari usahatani subsisten ke usahatani komersial, dan dari usahatani tradisonal kearah usahatani dengan teknologi yang lebih moderen. Ringkasnya selama PJP I sektor pertanian telah memberikan peranan yang sangat besar bagi perekonomian nasional. (Baharsyah, 1997). Namun demikian, pada masa 1997 - sekarang dan awal abad 21 ini sudah terlihat beragam tantangan yang antara lain disebut oleh Menteri Pertanian yang baru dan Andreas Maryoto diatas, yang harus dihadapi oleh sektor pertanian, seperti membanjirnya impor buah, produksi beras yang belum stabil, degradasi sumber daya alam dan lingkungan, melemahnya daya beli, kesenjangan produksi yang belum dapat teratasi dengan baik dan banyak lagi. Disamping harus mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai dalam PJP I, sektor ini bersama-sama dengan sektor yang lain memasuki suatu dunia persaingan yang semakin ketat, tajam dan pengaruhnya begitu kuat terhadap kinerja nasional Hal hal tersebut menambah penekanan bahwa sektor pertanian perlu dibangun menjadi sektor yang modern. Gambaran di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian akan tetap penting dalam perekonomian serta tetap berperan dalam pembangunan nasional. Keterkaitan yang erat antara pertanian dan industri serta jasa senantiasa menuntut berkembangnya kebijaksanaan pembangunan pertanian yang dinamis sejalan dengan transformasi perekonomian yang sedang terjadi.
2.2. Faktor faktor Penting dalam Peningkatan Kemampuan
· Ekonomi
Hal hal khusus yang perlu diperhatikan dalam peningkatan pembangunan ekonomi pada sektor pertanian adalah masih lemahnya beberapa aspek pembangunan yang erat dengan penurunan biaya produksi dan keuntungan komparatif negara (Birgman, 2000)2 antara 2David Bergman, 2002. Globalization and the Developing Countries. Emerging Strategis for Laporan Akhir 8 lain sebagai berikut:
a. Akses pada pasar. Pasar merupakan institusi yang sangat diperlukan dala pembangunan pertanian. Dalam konteks ini bukan hanya jarak geografi, namun juga komponen yang menyusun biaya transportasi termasuk di darat, dan biaya biaya lain yang termasuk di dalamnya. Akses pada pasar sering kali menghambat petani di daerah terpencil mendapatkan benefit dari produk usaha taninya. Sarana prasana yang terbatas pada suatu daerah menyebabkan suatu daerah menjadi terisolasi dan pada akhirnya menjadikan wilayah tertinggal dan miskin.
b. Akses pada Teknologi Maju. Rendahnya produktivitas tenaga kerja karena rendahnya mutu sumber daya manusia, menghalangi negara negara berkembang mengambil keuntungan melimpahnya tenaga kerja dan rendahnya biaya tenaga kerja. Demikian pula, kondisi tersebut akan menghambat laju inovasi teknologi. Di sektor pertanian, penggunaan teknologi tradisonal, varietas tradisional dan cara `cara manajemen usaha tani yang berproduksi rendah menyebabkan petani hanya mampu memberikan penghasilan rendah atau sulit memasarkan di pasar lokal dan tidak akan mampu melakukan ekpor. Transfer teknologi berproduksi tinggi kepada mereka akan mampu mempercepat dan meningkatkan produktivitas usaha tani dari subsisten menjadi surplus dan bahkan menuju kepada ekspor jika ditunjang dengan manajemen sistem dan usaha tani yang tepat.
c. Stabilitas Politik dan Ekonomi.
Setiap usaha pembangunan yang berkelanjutan memerlukan stabilitas Politik dan ekonomi sebagai jaminan berjalannya proses pembangunan. Pengalaman selama kurun waktu 7 tahun sejak 1998 memberikan pembelajaran yang mahal kepada bangsa Indonesia. Krisis demi krisis membawa dampak yang memperluas ketidak pastian ekononomi. Krisis Politik membawa dampak kepada krisis ekonomi, dan pada akhirnya meluas pada krisis kepercayaan. Pemulihan kepada strabilitas tidak hanya memakan waktu lama ( sampai sekarang) tetapi juga memakan biaya ekonomi yang sangat tinggi. Konflik yang berkepanjangan juga menjadikan Indonesia menjadi wilayah yang tidak menarik untuk menarik investasi asing.
d. intervensi Pemerintah. Pada masa reformasi peran pemerintah
semakin dikurangi dari peran yang mengatur dan mengarahkan, manjadi peran untuk memfasilitasi. Peran masyarakat (termasuk Rural Development and Poverty Alleviation. CABI Publising. ISNA Laporan Akhir 9 swasta, LSM) menjadi sangat dominan dalam pembangunan. Namun demikian peran sebagai fasilitator tidak serta merta melepaskan semua urusan kepada masyarakat dalam pembangunan. Hal hal yang sifatnya sangat strategis dan merupakan kepentingan publik tetap menjadi kewajiban pemerintah. Penyuluhan pertanian, pembangunan sarana dan prasarana pertanian, dan percepatan pembangunan untuk daerah daerah yang tertinggal, atau pilot pembangunan yang sifatnya trigermasih perlu mendapatkan porsi bantuan pemerintah.Hal hal diatas juga merupakan faktor pemicu atau mempercepat proses mekanisasi pertanian. Seperti dikemukakan oleh Handaka dalam proses inovasi mekanisasi pertanian berkelanjutan ( 2003)3dan Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian ( 2004).
BAB lll
PEMBAHASAN
3.1. PENGERTIAN MEKANISASI PERTANIAN
Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang. Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian(Robbins,2005).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka (Hamiltondkk,1996).
Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara baik, sehingga masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian (Robbins,2005). Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi irigasi dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan masih banyak lagi aspek lainnya yang belum disentuh secara sungguh-sungguh danprofesional.Relevansinya dengan hal tersebut, beberapa hal penting yang harus dilaksanakan antara lain adalah merencanakan atau memperbaiki kondisi lahan (konsolidasi lahan). Selain itu juga mendatangkan dan mengupayakan agar prasarana dan sarana pertanian sampai dan tersedia di lapangan tepat waktu sehingga dapat mengakselerasi pencapaian visi dan misi pertanian modern (Anonim,2011).Pengembangan teknologi pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita umumnya dan petani khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika teknologi pertanian yang cocok tersebut telah berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara kita, maka ketahanan pangan atau swasembada pangan pasti akan tercapai sehingga kemandirian dalam hal ekonomi dan politik dapat kita wujudkan (Siahan,2001).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka.
3.2. PERANAN MEKANISASI PERTANIAN
1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani
3. Menjamin kenaikan kuantitas dan kualitas serta kapasitas produksi pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga(subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming)
5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri.
3.3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEKANISASI PERTANIAN
Sumbangan alat dan mesin pertanian dalam pembangunan pertanian dapat diukur pada berbagai kasus, misalnya penggunaan pompa ai tanah di Jawa Timur yang mampu merubah pola tanam dari padi-bero menjadi padi - padi atau padi – palawija. Demikian pula penggunaan mesin perontok padi yang menurunkan susut panen dari > 5% menjadi kurang dari 2%. Penelitian terhadap perbaikan dan penyempurnaan mesin penggilingan padi mampu menaikkan rendemen giling cukup.
Adapun beberapa keunggulan dari mekanisasi pertanian yaitu :
1. Meningkatkan produksi per satuan luas dengan adanya alat-alat mekanis yang canggih yang telah di gunakan oleh para petani
2. Dengan meningkatnya hasil produksi maka pendapatan para petani juga otomatis akan meningkat
3. Dapat meningkatkan efektifitas, produktivitas, kuantitas dan kualitas hasil pertanian
4. Teknologi pasca panen mampu memberikan dukungan untuk mempertahankan mutu pada penanganan segar, meningkatkan nilai tambah pada hasil produksi dengan proses pengolahan yang benar dan tepat, tanpa memperngaruhi rasa dan aroma.
5. Dapat meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja ( tidak terlalu membutuhkan banyak Sumber Daya Manusia)
6. Menghemat energi dan sumber daya ( benih, pupuk, dan air)
7. Dapat meminimalisir faktor-faktor penyebab kegagalan dalam produksi
8. Meningkatkan luas lahan yang di tanami dan menghemat waktu karena dengan menggunakan alat-alat mekanis pengolahan lahan yang luas dapat dengan cepat terselesaikan dan juga pekerjaan para petani akan lebih terasa ringan.
9. Menjaga kelestarian lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan, serta
10. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
Disamping banyaknya keunggulan dari mekanisasi di atas, terdapat juga beberapa kelemahan dari mekanisasi pertanian, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Tidak dapat dipungkiri bahwa mekanisai pertanian dapat menggeser tenaga kerja manusia dan memberikan dampak negative terhadap pemerataan pendapatan.
2. Membutuhkan biaya yang tinggi dalam pengadaan dan perawatan alat-alat mekanis tersebut
3. Sebagian alat-alat tersebut memerlukan arus listrik dalam penggunaannya, jadi tidak semua alat dapat digunakan di sembarang tempat, seperti tempat yang tidak terdapat sumber arus listrik.
4. Dapat memperbanyak pengangguran karena pada dasarnya semua kegiatan pertanian telah banyak menggunakan alat-alat mekanis yang tidak memerlukan SDM yang banyak.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian FakultasMekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Mugniesyah. 2006. Mesin Peralatan. Departement Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara
Sukirno, MS.1999. Mekanisasi Pertanian.Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian dan Pengelolaannya. Diklat Kuliah. UGM, Yogyakarta.
Wijanto. 2002. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tags
Makalah Matakuliah