KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirmanirrahim
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, kerabat hingga akhirul zaman.
Atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahyang berjudul “Dampak Global Warming Terhadap Fisiologi Tumbuhan”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan, motivasi yang sangat besar nilainya serta atas pinjaman bukunya. dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak sehingga selesainya pembuatan karya tulis ini.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menyadari bahwa banyak karya tulis ini masih jauh dari sempurna meskipun disertai dengan usaha dan upaya semaksimal mungkin oleh karena itu penulis mengaharapkan saran yang konstruktif dan diterima dengan hati yang lapang.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah segala usaha kita dan semoga karya tulis yang sederhana ini ada manfaatnya bagi kita semua…Amin.
Palu, Februari 2013
Penulis
BAB I
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan pemanasan global (global warming) banyak sekali orang yang membicarakannya. Lapisan ozon yang menipis, suhu yang semakin panas menjadi berita penting. Namun sebenarnya pemanasan global sudah terjadi sejak awal mula bumi ini terdapat kehidupan tumbuh-tumbuhan. Bakteri dan ganggang yang saat itu ada lebih dahulu merupakan makhluk hidup yang paling banyak memberi sumbangan terbesar terjadinya kenaikan suhu bumi. Melalui proses respirasi yang dilakukan, menjadikan kadar karbondioksida (CO2) sebagai gas buang jumlahnya di lingkungan atmosfer meningkat. Peningkatan suhu tersebut mengakibatkan es yang ada di kutub mencair. Bumi yang pada awalnya tertutupi oleh es mulai tampak daratan yang sebenarnya. Hal tersebut tidak memberi pengaruh negatif yang besar terhadap kehidupan di bumi sebab alam mempunyai kemampuan untuk tetap menjaga keadaan agar tetap seimbang.
Global warming dalam jangka panjang akan merubah prilaku iklim. Untuk di Indonesia, teori iklim dua musim sudah kurang tepat, karena pada kenyataannya di musim kemarau sering terjadi hujan dan dimusim penghujan sering juga terjadi kemarau. Perubahan iklim initentunnya akan mempengaruhi tumbuhan baik secara fisiologis maupun morfologisnya dalam jangka panjang. Pada tanaman yang tidak tahan air peka pada curah hujan yang tinggi, maka tidak akan tumbuh dengan baik pada iklim yangtidak menentu. Bahkan tanaman tidak akan luput dari terjangan efek pemanasan global di Karena bumi. perubahan drastic dalam tingkat suhu.
Spesies berbagai tanaman telah mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan daerah di mana setelah mereka berkembang. Musim tanam dari beberapa spesies tanaman juga telah diubah, yang pada gilirannya telah mengganggu siklus reproduksi spesies, sehingga memberikan pukulan drastis populasi tanaman. Bahkan perubahan pola curah hujan dapat menyebabkan efek berbahaya pada berbagai tanaman spesies. Efek pemanasan global pada pertanian adalah contoh terbaik yang dapat memberikanuntuk menjelaskan efek dari pemanasan global pada tanaman. Sering hujan akan menyebabkan banjir.
1.2 Tujuan Kegunaan
Makalah ini di susun utnuk mengetahui dan mempelajari dampak Pemanasan Global (global warming) terhadap Fisiologi Tumbuhan.
BAB II
2. PEMBAHASAN
2.1 Dampak Stres Panas Pada Fase-fase Pertumbuhan
Stres panas pada tanaman bukan hal yang baru diamati dunia iptek. Belakangan ini dalam suasana resah menghadapi gejala pemanasan global, perhatian itu semakin besar, khususnya mengenai tanaman pangan. Terhadap pertumbuhan secara global, dampak negatif pemanasan global dinilai lebih besar dibanding dampak positifnya. Dampak kenaikan suhu udara siang dan malam dan perbedaannya terhadap tanaman dan hasilnya juga telah diteliti. Namun hasil berbagai penelitian pada umumnya masih bersifat menyeluruh. Yakni kenaikan suhu udara membawa pengaruh fenologi dan fisiologi yang merugikan terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman pertanian. Kini penelitian sudah bergerak lebih jauh dan mendalam, di antaranya mengenai pengaruh stres panas terhadap setiap fase pertumbuhan padi dan hasilnya. Penelitian mengenai efek stres panas pada masing-masing fase pertumbuhan, yakni vegetatif, reproduksi, pematangan terhadap pertumbuhan dan hasil padi telah dilakukan oleh S. Singh dari Indian Agricultural Research Institute, New Delhi.
Diketahui dampak plus minus apa yang timbul terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian apabila kenaikan suhu udara selama satu musim tanam terjadi hanya pada satu tahap pertumbuhannya, yakni vegetatif (dari pertanaman bibit hingga mulai terbentuknya malai), reproduksi (dari terbentuknya malai hingga berbunga) atau pada fase pematangan (dari mulai berbunga hingga menjadi hasil produksi).. Bedanya tanaman padi yang diteliti dimasukkan dalam ruang tertutup dengan menggunakan lembaran plastik PVC yang transparan 90%. Sedangkan kontrol diberi sedikit halangan agar intensitas cahaya yang diterima sama dengan tanaman dalam ruang khusus. Dalam ruang khusus pertanaman itu, pada fase pertumbuhan tertentu dibuat suasana stres panas dengan suhu udara yang 2-30 C lebih tinggi dibanding suhu udara sekitar. Secara keseluruhan, terbukti bahwa stres panas sekitar plus 2,50C,di atas suhu udara sekitar pada setiap fase pertumbuhan berpengaruh mengurangi terhadap biomassa tanaman dan hasil pertanian tetapi dengan derajat yang berbeda. Pada fase vegetatif maupun reproduktif, tingkat pengurangannya tidak berbeda jauh.
2.2 Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses konversi energi cahaya ke energi kimia dan menyimpannya dalam bentuk ikatan gula. Proses ini terjadi pada tumbuhan dan beberapa tanaman seperti ganggang. Tanaman hanya membutuhkan energi cahaya, karbon dioksida dan air untuk membuat gula. Reaksi terang mengubah energi cahaya ke energi kimia melalui klorofil, pigmen hijau, dan beberapa pigmen lain seperti beta-karoten. Masing-masing berbeda pigmen berwarna dapat menyerap sedikit berbeda warna cahaya dan lulus energi ke molekul klorofil pusat untuk melakukan fotosintesis. Dipanen energi melalui reaksi terang disimpan dengan membentuk zat kimia yang disebut ATP, suatu senyawa yang digunakan oleh sel untuk penyimpanan energi. Reaksi gelap mengkonversi karbon dioksida menjadi gula. Reaksi ini tidak secara langsung perlu cahaya untuk terjadi, tetapi itu benar-benar membutuhkan produk-produk dari reaksi terang (termasuk ATP).
Selama fotosintesis, pohon menghilangkan karbon dari atmosfer dan menyimpannya di pohon kayu. Proses ini dikenal sebagai karantina, dan mengurangi kadar karbon dioksida di udara. Pohon juga menyediakan naungan dan suhu udara lebih rendah, mengurangi jumlah energi yang digunakan bangunan, dan karena itu, jumlah kerja yang dibutuhkan - dan karbon dioksida dilepaskan - oleh pembangkit listrik. Pohon dengan kayu padat, seperti pohon-pohon hawthorn, yang paling efektif menghilangkan karbon dioksida dari udara. Pohon-pohon lain memancarkan senyawa organik yang mudah menguap, yang memberikan kontribusi pada pembentukan ozon. Ozon di tingkat atas atmosfer bumi dapat memiliki efek perlindungan, tetapi partikel ozon di udara yang kita hirup dianggap polutan.
Fotosintesis merupakan salah satu fungsi fisiologis yang dijalankan oleh vegetasi yang berdaun hijau (autotrof) dimana sebagain besar menyusun suatu tegakan hutan, adanya suatu gangguan terhadap fungsi ini akan berdampak pada terjadinya suatu penyimpangan sehingga dalam kondisi ini dikatakan bahwa vegetasi tersebut tidak sehat dan akan berdampak luas terhadap kondisi kesehatan hutan.
Berbagai macam faktor, baik faktor lingkungan maupun kondisi dari vegetasi itu sendiri akan mempengaruhi berlangsungnya suatu proses fotosintesis. Adanya suatu gangguan fisik atau kimia akan berdampak terhadap terganggunya proses fotosintesis. Kebakaran hutan merupakan gangguan alami yang paling sering terjadi di sebagian besar belahan dunia, baik yang dipicu oleh faktor alami seperi petir dan ledakan gunung berapi, maupun yang disebabkan oleh ulah manusia. Kebakaran hutan berdampak sangat luas dan berat terhadap aspek-aspek kehidupan, yaitu biofisik, ekonomi dan sosial. Yang termasuk ke dalam katagori biofisik adalah pelepasan asap dan gas CO2, peningkatan suhu, gangguan terhadap kehidupan satwa serta kerusakan vegetasi.
Kerusakan vegetasi akibat kebakaran merupakan dampak yang paling terasa karena dapat diamati langsung secara kasat mata, baik yang menyebabkan kematian maupun hanya menyebabkan kerusakan pada pohon atau vegetasi lainnya. Selain menyebabkan kerusakan vegetasi secara fisik, kebakaran hutan juga berdampak pada proses-proses fisiologi vegetasi, yaitu proses fotosintesis. Selain itu gas-gas yang dihasilkan dari proses kebakaran akan mempengaruhi berlangsungnya proses fotosintesis tersebut.
Proses fotosintesis dan proses pembakaran merupakan dua proses yang saling berlawanan, dimana pembakaran terjadi melalui dua tahap, yaitu proses kimia dan fisika.
Proses ini berlangsung dengan cepat memisahkan jaringan-jaringan tanaman menjadi unsur kimia, diiringi dengan pelepasan energi panas. Secara sederhana hubungan antara proses fotosintesis dengan pembakaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Fotosintesis:
CO2 + H2O + energi matahari ==== > (C6H10O5)n + O2
Pembakaran:
(C6H10O5)n + O2 ========== > CO2 + H2O + panas
Pada proses fotosintesis, energi matahari terpusat secara perlahan-lahan, sedangkan pada proses pembakaran, energi berupa panas dilepaskan dengan cepat. Selain panas, proses pembakaran (combustion) juga menghasilkan beberapa jenis gas, terutama karbondioksida, uap air, dan partikel-partikel.
Dari keterkaitan antara proses pembakaran dan proses fotosintesis ini, diketahui bahwa terjadinya kebakaran hutan akan mempengaruhi proses fotosintesis. Dengan terganggunya proses fotosintesis ini maka akan berpengaruh pada metabolisme vegetasi pasca kebakaran dan secara luas terhadap proses-proses lain yang memanfaatkan hasil dari proses fotosintesis. Dimana fotosintesis sering dikatakan sebagai proses kimia satusatunya dibumi yang sangat penting berdasarkan beberapa alasan ; makanan manusia dan seluruh binatang (heterotrof) tergantung langsung atau tidak langsung pada tumbuhan (autotrof); stabilitas konsentrasi oksigen dan karbon dioksida atmosfir tergantung pada fotosintesis di lautan dan daratan; selain itu kita mengambil keuntungan dari simpanan energi fotosintesis pada abad geologis masa lalu bila menggunakan gas alam, minyak bumi dan batu bara sebagai sumber bahan bakar. Sebagai tambahan, kita memakai serat kayu (satu diantara sedikit sumber daya alam yang dapat diperbarui) untuk berbagai kebutuhan dan kita tentu saja harus menyadari bahwa fotosintesis merupakan landasan penting untuk kehidupan manusia di bumi.
Berdasarkan uraian tersebut diatas terlihat bahwa fotosintesis merupakan salah satu fungsi fisiologis yang mempunyai peranan penting baik untuk kehidupan vegetasi itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya termasuk manusia, sehingga terganggunya proses ini akan berdampak luas terhadap kehidupan makhluk hidup. Untuk menambah wacana dalam memahami hal ini maka dalam makalah ini akan diuraikan beberapa hal dalam kaitannya proses fotosintesis dan dampak yang akan ditimbulkan akibat terganggunya proses fotosintesis.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fotosintesis
Tidak selamanya tanaman dapat selalu melakukan proses fotosintesis dengan normal. Keadaan dimana tanaman dapat melakukan proses fotosintesis dengan normal dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu factor dari tanamannya itu sendiri dan juga lingkungan. Factor tanaman itu sendiri dapat dipengaruhi oleh perilaku stomata, variasi fotosintesis neto dalam pohon, umur daun, posisi pohon, perbedaan fotosintesis neto antara kelas tajuk, penyesuaian kondisi terbuka dan naungan, perbedaan genotip dan perbedaan antara daun lebar dan conifer. Sedangkan dari factor lingkungannya, fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya, suhu dan ketersediaan air.
2.4 Peranan Fotosintesis
Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan vegetasi itu sendiri. Selain hal tersebut, hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen sehingga dapat menjaga kestabilan konsentrasi oksigen dan karbondioksida yang terdapat di atmosfer bumi. Sehingga apabila diuraikan lebih lanjut, manfaat dari hasil fotosintesis yang dilakukan oleh vegetasi hijau adalah sebagai berikut :
1. Cadangan Makanan dan Struktur Tubuh
Hasil dari fotosintesis berupa karbohidrat (gula heksosa) akan diubah menjadi bentukbentuk yang sederhana yaitu sukrosa (translokasi karbohidrat harus dalam bentuk sukrosa) dan didistribusikan ke bagian-bagian tumbuhan yang memerlukan, misalnya ditranslokasikan ke dinding sel yang sedang membesar dan di sana akan terjadi perubahan bentuk menjadi komponen struktural seperti selulosa. Tempat lain yang menjadi tujuan traslokasi hasil fotosintesis ini adalah jaringan meristem dan tempattempat terjadinya pengubahan bentuk menjadi polisakarida sebagai cadangan makanan atau senyawa struktural.
2. Respirasi dan Pertumbuhan
Heksosa dapat juga masuk ke dalam sistem pernapasan sel (respirasi) dan dibongkar untuk menghasilkan energi atau diubah menjadi komponen organik yang menjadi senyawa struktural, metabolik dan cadangan makanan. Respirasi menggunakan energi dari hasil fotosintesis. Fotosistesis dan respirasi merupakan dua proses yang saling berlawanan, dimana fotosintesis memerlukan dan mengambil CO2 untuk membentuk karbohidrat sedangkan respirasi mengubah karbohidrat menjadi bahan—bahan struktural, cadangan makanan dan metabolik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan vegetasi.
3. Manfaat pada Lingkungan
Hasil fotosintesis yang disimpan oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa merupakan salah sumber energi yang dimanfaatkan oleh manusia, bahkan biomassa yang tersimpan dan telah mengalami proses geologis yang lama (fosil) merupakan sumber energi utama yang dimanfaatkan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya.
Berkaitan dengan oksigen yang dihasilkan dalam proses fotosintesis, maka seringkali hutan yang disusun oleh vegetasi-vegetasi yang berhijau daun disebut sebagai paru-paru dunia. Dimana oksigen yang dihasilkan dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bernafas. Selain itu oksigen yang dihasilkan juga dibutuhkan oleh vegetasi itu sendiri untuk melakukan oksidasi pada saat melakukan respirasi. Sehingga oksigen yang dihasilkan oleh vegetasi pada saat melakukan proses fotosisntesis akan menjaga kestabilan konsentrasi oksigen di atmosfer.
Fotosintesis juga berperan dalam penyerapan karbondioksida di atmosfer, dengan perannya ini maka berlangsungnya proses fotosisntesis oleh tumbuhan ini akan berperan dalam menjaga kestabilan karbondioksida di atmosfer.
Berkaitan dengan kejadian pemanasan global yang saat ini mulai dirasakan, vegetasi hutan memainkan peranan penting dalam upaya menanggulangi kejadian ini, yaitu dengan mencegah terlepasnya karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan atau meningkatkan penyerapan karbon oleh vegetasi dengan melakukan penanaman vegetasi karena melalui proses fotosintesis, tumbuhan menyerap dan memecah karbon dioksida dan menyimpannya dalam bentuk biomassa.
Biomassa dari hutan memiliki variasi yang sangat besar, ada perbedaan kandungan biomassa antara komponen-komponen pohon, dimana berat batang lebih tinggi daripada berat akar dan berat daun. Umumnya karbon menyusun 45-50% bahan kering dari tanaman (Brown, 1997). Menurut Soemarwoto (2001) Hutan lembab tropik yang baik, mengandung rata-rata 250-300 ton C/ha. Hutan yang dewasa ada dalam ranah stabilitas dinamik (dinamic stability domain). Jika hutan itu tidak mengalami kerusakan berarti hutan itu menyerap karbon 250-300 ton C/tahun/ha.
Proses fotosintesis pada tumbuhan turut mengendalikan kadar karbondioksida di udara dan menyumbang oksigen bagi kehidupan di Bumi telah lama diketahui. Namun, tak mudah untuk meniru proses kimia alami yang sudah sangat dipahami itu. Padahal, andaikata proses tersebut benar-benar berhasil ditiru, bisa dibayangkan berapa besar manfaatnya bagi dunia. Masalah karbondioksida yang menjadi biang rumah kaca bisa diatasi sehingga pemanasan global pun dapat dicegah. Kalapun pun bisa, Sir Richard Branson, jutawan Inggris, pernah menjanjikan hadiah jutaan dollar AS.
2.5 Dampak Terganggunya Fotosintesis
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, telah diuraikan berbagai manfaat dari berlangsungnya proses fotosintesis maka apabila terjadi adanya gangguan dalam fotosintesis akan berdampak pada terganggunya proses-proses yang memanfaatkan hasil fotosintesis. Menurut Agrios (1969) tanaman sehat atau normal didefinisikan sebagai “A plant is healthy or normal when it can carry out its physiological function to the best of its genetic potential. These function include normal cell division, differentiaton and development : absorbtion of water and minerals from the soil and translocation of these throught the plant ; photosynthetic product to areas of utilization or storage ; metabolism of synthesized compound ; reproduction ; and storage of food supplier for overwintering or reproduction”. Sehingga berdasrkan definisi ini vegetasi hijau daun yang tidak dapat melaksanakan proses fotosintesisnya secara normal, maka vegetasi ini dalam kondisi tidak sehat dan kondisi ini akan berdampak luas terhadap kesehatan hutan.
Gejala-gejala yang muncul akibat terganggunya proses fotosintesis adalah :
- Pertumbuhan yang tidak normal
- Perubahan warna, baik pada daun, batang, akar, buah, bunga.
- Matinya jaringan, bagian-bagian tanaman menjadi mengering
- Layunya bagian dari tubuh tanaman
Terjadinya kebakaran akan mengakibatkan terganggunya fotosintesis dalam tanaman, mempengaruhi kecepatan dan kuantitas produk fotosintesis, hal ini dapat menyebabkan kemampuan relatif tumbuhan untuk berkembang dalam lingkungannya rendah. Kebakaran hutan akan mengakibatkan kenaikan suhu yang tinggi, dengan bertambahnya suhu, proses enzimatis semakin banyak dipengaruhi sehingga kecepatan fotosintesis menurun. Pada suhu tinggi mendekati 40oC, tumbuhan mulai menderita kerusakan panas langsung yang diakibatkan oleh koagulasi protein dalam protoplasma.
Temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan penurunan laju fotosintesis. Sehingga terjadinya kebakaran hutan dimana menhasilkan suhu yang tinggi akan mematikan protoplasma, ketika protoplasma mati maka proses fotosintesis akan tidak berlangsung. Para ilmuwan dari Swiss mematahkan anggapan bahwa kecepatan tumbuh tanaman sebanding dengan konsentrasi karbondioksida yang diambilnya. Studi yang mereka lakukan membuktikan bahwa meningkatnya konsentrasi karbondioksida tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara signifikan. Tetapi suatu studi yang dilakukan di hutan dekat Basel, Swiss menunjukkan bahwa penyemprotan sejumlah karbon dioksida di hutan yang tengah berganti daun, tidak menunjukkan tanda kesuburan lebih banyak.
Selain peningkatan suhu, kebakaran memproduksi CO2 yang banyak. Kecepatan fotosintesis oleh pengayaan CO2 dalam atmosfir. Secara umum kecepatan fotosintesis jangka pendek dapat dinaikkan oleh konsentrasi CO2 sampai 10 kali normal dan pertumbuhan dapat dinaikan 20 sampai 50%. Namun, level CO2 yang tinggi tetap bisa menjadi racun tumbuhan (Daniel et.al., 1987).
Kebakaran hutan mengakibatkan tumbuhan menjadi stress. Kemampuan fotosintesis tumbuhan nyata dipengaruhi oleh besarnya stress yang terjadi, yang terutama disebabkan oleh pengaruh komulatif suhu yang tinggi, defisit tekanan uap yang tinggi dan ketersediaan air yang rendah dalam daun. Kesemua hal ini dapat ditimbulkan akibat kebakaran hutan.
Api merusak pohon dengan berbagai kombinasi, yaitu kerusakan pada tajuk, akar dan juga pada rusaknya cambium. Pohon dapat saja kehilangan 20-30% dari tajuk aslinya, dengan begitu, hal ini juga dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan mereka. Karena, seperti yang sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya, untuk pertumbuhannya, tanaman memerlukan energi yang dihasilkan oleh proses fotosintesis, dan proses ini berlangsung pada daun. Apabila sebuah pohon sudah kehilangan tajuknya, maka dia akan mengalami penurunan kecepatan fotosintesis, sehingga pertumbuhannya akan melambat.
Sedangkan dari factor lingkungannya, keadaan pasca kebakarn menghasilkan banyak sekali gas CO2. Dalam teorinya, memang tanaman membutuhkan CO2 untuk berfotosintesis. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa, dengan semakin banyaknya intensitas CO2 yang diberikan pada tanaman, maka kecepatan fotosintesisnya juga akan semakin bertambah. Pernyataan ini sebenarnya harus didasari dengan seberapa banyak konsentrasi CO2 yang dapat ditolerir oleh tumbuhan agar dapat menstimulasi kecepatan fotosintesisnya, karena apabila kandungan CO2 di udara terlalu banyak, maka tanaman juga akan mengalami keracunan. Ada beberapa respon yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya kadar CO2 di udara ini yaitu diantaranya, respon daun terhadap peningkatan CO2 dan juga respon dari stomata terhadap peningkatan CO2.
1. Respon daun terhadap peningkatan kadar CO2 di udara
Kemampuan respon fotosintesis dari daun terhadap peningkatan kadar CO2 di udara tergantung pada limit internal dan eksternal untuk dapat menyerap CO2 tersebut, hal ini juga tergantung pada konsentrasi CO2 dan interaksinya dengan factor lingkungan lainnya.
2. Respon stomata terhadap peningkatan kadar CO2 di udara
Kegiatan membuka pada stomata akan menurun, apabila kadar CO2 di udara meningkat. Dengan tidak membukanya stomata pada epidermis daun, maka makin sedikit kadar CO2 yang diserap. Hal ini juga sangat berpengaruh pada kegiatan fotosisntesis.
Fotosintat yang dihasilkan pada daun dan sel-sel fotosintetik lainnya harus diangkut ke organ atau jaringan lainnya agar dapat dimanfaatkan oleh organ atau jaringan tersebut untuk pertumbuhan atau timbunan cadangan makanan. Alokasi fotosintat dalam tumbuhan untuk mempertahankan respirasi, produksi akar dan daun, produksi bunga dan buah, pertumbuhan primer dan pertumbuhan diameter. Dengan terganggunya proses fotosintesis, maka akan mengganggu proses respirasi, translokasi dalam tumbuhan yang akhirnya akan menganggu pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman.
Respirasi adalah penggunaan karbohidrat dan produk fotosintesis untuk membangun dan memelihara seluruh jaringan tumbuhan dan memproduksi energi untuk digunakan dalam metabolisme dan penyerapan hara (Daniel et.al., 1979). Energi dibutuhkan untuk menjalankan mesin-mesin dalam sel. Energi yang digabungkan ke dalam ikatan kimia pada gula yang terbentuk dalam fotosintesis tentu saja tidak dapat dikendalikan oleh sel bila berasal dari pembakaran bersuhu tinggi, tetapi tersedia pula pada suhu rendah dan tetap dalam reaksi yang terkendali secara baik.
2.6 Kendaraan Bermotor, Polusi dan Pohon
Satu kendaraan bermotor menghasilkan 8,22 kg CO2 per hari . Sebuah pohon dengan tajuk 15 meter akan menyerap karbon 28,224 kg per hari untuk fotosintesis. Satu pohon dengan tajuk 1 meter dapat menyerap 1,881 kilogram per hari. Berdasarkan perhitungan itulah maka dalam satu mobil dibutuhkan sekitar lima pohon untuk dapat meredam atau menyerap karbon dioksida yang dihasilkannya.
Setiap 100 liter bahan bakar yang dikonsumsi akan menghasilkan 340 Kg emisi CO2 atau satu liter menghasilkan 3,4 kg CO2 . Setiap satu hektar lahan hijau dapat mengubah 3,7 ton CO2 dari aktivitas manusia, pabrik, dan kendaraan bermotor menjadi 2 ton O2 yang dibutuhkan manusia. Pepohonan di areal seluas 300 x 400 meter mampu menurunkan konsentrasi debu di udara dari 7.000 partikel per liter menjadi 4.000 partikel per liter.
Satu hektar hutan selama satu jam mampu menyerap 8 kg gas CO2, sama dengan proses 200 orang bernapas. Satu pohon yang berpotosintesa sama dengan menyerap 1 kg CO2 dan mengeluarkan 0,73 kg O2. Peneliti Norwegia memperlihatkan, dalam satu musim pertumbuhan, pohon dengan diameter 14 m dengan luas permukaan daun sekitar 1.600 m2 menyerap sejumlah CO2 dan SO2 di udara untuk menghasilkan sejumlah O2 yang cukup bagi keperluan bernafas satu orang dalam satu tahun. Pohon yang sama akan memfilter satu ton debu per tahun, mengurangi kotornya udara kota. Sementara itu pada kasus lain, dengan perkiraan sebuah mobil menempuh perjalanan rata-rata 1.600 km per tahun sehingga diperlukan 200 batang pohon untuk menyerap CO2 yang diemisikan oleh setiap mobil, maka kota baru hemat energi.
2.7 Jenis – jenis tanaman yang dapat mengurangi global warming :
1. Pohon Dadap Merah
Pohon ini baik ditanam di halaman terbuka, karena bisa mengundang datangnya para burung.soalnya berbagai jenis burung suka sekali menyantap buah si dadap merah ini.
2. Pohon Kelengkeng
Siapapun tahu betapa enaknya rasa buah kelengkeng. Namun tahukah anda kalau pohon kelengkeng mampu meredam polusi suara. Itu sebabnya pada pabrik - pabrik yang menggunakan genset, ada baiknya menanam pohon ini di dekat genset tersebut.
3. Pohon Bungur dan Pohon Mahoni
Dikenal mampu menyerap polutan udara seperti timbal. Maka kedua pohon ini sebaiknya ditanam untuk penghijauan di kota - kota besar, dekat jalan protokol yang padat lalu lintasnya. Bukan rahasia lagi kalau kendaraan bermotor menjadi penyumbang timbal terbesar di udara. Sebaliknya, pohon seperti akasia sebaiknya jangan dijadikan pohon jalur hijau. Mengapa? Karena akasia menjadi salah satu pencetus asma. Begitu juga pohon palem yang indah bentuknya, tak begitu besar manfaatnya.
4. Bunga Warna Warni
Tanaman yang menyegarkan mata seperti bunga berwarna - warni mampu menjernihkan pikiran kita, sehingga baik ditanam di rumah sakit agar bisa mempecepat kesembuhan pasien. Tanaman ini jelas melawan polusi jiwa.
5. Lumut
Lumut yang menempel di batang pohon mampu mendeteksi tingkat polusi udara suatu daerah. Semakin banyak lumut menempel di sebuah pohon berarti semakin baik kualitas udara di tempat itu.
6. Tanaman Sirih Belanda ( Devil's Ivy )
Tanaman perdu yang bisa tumbuh dimana saja, termasuk di dalam pot di halaman rumah ini mampu menyerap formaldehida dan benzena. Hasilnya rumah pun lebih segar dan lega untuk bernafas.
7. Kembang sepatu
Mampu menyerap nitrogen sehingga membuat paru - paru kita jadi lega. Namun jangan sekali - sekali menanam bunga kembang sepatu di dekat ruang radiografi. Tanaman ini berfungsi meneruskan radiasi sehingga berbahaya bagi orang di sekitar tempat radiografi tersebut.
8. Sansevieria
Kalau kembang sepatu berfungsi melanjutkan radiasi, tidak demikian dengan tanaman sansevieria ini. Sansevieria mampu menyerap 107 jenis racun, termasuk polusi udara, asap rokok ( nikotin ), hingga radisi nuklir, sehingga cocok dijadikan penyegar.
9. Pohon trembesi
Mampu menyerap karbondioksida dalam jumlah yang besar, sehingga sangat disarankan untuk ditanam sebagai pohon penghijauan. Namuntrembesi membutuhkan lahan yang cukup luas.
BAB III
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses fotosintesis merupakan salah satu fungsi fisiologis yang dijalankan oleh tumbuhan yang sangat berperan penting dalam kehidupan, tidak hanya bagi tumbuhan itu sendiri tetapi juga bagi seluruh makhluk hidup. Gangguan fotosintesis dapat berupa kejadian kebakaran. Adanya gangguan terhadap proses fotosintesis akan berdampak pada terganggunya peranan fotosintesis. Dampak terganggunya proses fotosintesis ini dapat terjadi bagi tumbuhan itu sendiri ataupun lingkungannya :
1. Bagi tumbuhan itu sendiri akan menghambat pertumbuhan, perkembangan, perbaikan dan respirasi yang pada akhirnya tanaman menjadi tidak sehat dan secara luas akan berdampak pada kondisi kesehatan hutan.
2. Berkaitan dengan cadangan makanan yang disimpan, maka akan memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman, sehingga hal ini akan sangat merugikan khususnya tanaman budidaya.
3. Hasil fotosintesis juga berpengaruh terhadap berlangsungnya proses reproduksi baik secara generatif (pembungaan, pembuahan) maupun vegetatif (pembentukan tunas) sehingga terganggunya proses fotosintesis akan berdampak pada terganggunya proses regenerasi tumbuhan tersebut. Selain terhadap tumbuhan itu sendiri, proses fotosintesis juga memberikan pengaruh terhadap lingkungan berkaitan dengan oksigen yang dihasilkan dan penyerapan karbondioksida.
4. Vegetasi-vegetasi yang berhijau daun penyusun suatu tegakan hutan disebut sebagai paru-paru dunia. Dimana oksigen yang dihasilkan dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bernafas. Sehingga terganggunya proses fotosintesis akan berdampak terhadap terganggunya produksi oksigen dan secara luas akan mempengaruhi kestabilan konsentrasi oksigen di atmosfer.
5. Fotosintesis juga berperan dalam penyerapan karbondioksida di atmosfer, dengan perannya ini maka berlangsungnya proses fotosintesis oleh tumbuhan ini akan berperan dalam menjaga kestabilan karbondioksida di atmosfer guna mencegah terjadinya pemanasan global.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.belantaraindonesia.org/2011/11/inilah-tanaman-untuk-mencegah-global.html
http://www.facebook.com/notes/love-green-comunity/pemanasan-global-efek-pada tanaman/299770926715122
http://www.duniasastra.proboards.com/index.cgi?board=general&action=display&thread=331
http://vibulletin.com/news/187635.htm
Diakses pada tanggal 25 Desember 2011
http://eka-jaya1.blogspot.com/2011/12/dampak-pemanasan-global-terhadap.html