KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah kami
dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak
lupa juga kami haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut
beliau dari dahulu, sekarang, hingga hari akhir.
Ucapan
terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen pengasuh mata kuliah Gizi
Kerja, Ibu Dwi Santy, yang telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, meskipun kami telah
berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah ini, tetapi, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, mohon kritik
serta saran, yang kiranya dapat membangun, sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang lebih baik lagi. kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
seluruh pembaca.
Makassar, 17 Mei 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata pengantar............................................................................................... i
Daftar isi.......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................... 1
A. Latar
belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan....................................................................................... 4
A. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner.................................................. 4
B. Etiologi
Penyakit Jantung Koroner ..................................................... 3
C. Penyebab
Penyakit Jantung Koroner.................................................... 6
D. Gejala
Penyakit Jantung Koroner......................................................... 14
E. Penanggulangan
Penyakit Jantung Koroner......................................... 18
F. Pencegahan
Penyakit Jantung Koroner................................................ 27
G. Penyakit
Jantung Koroner Pada Pekerja.............................................. 30
BAB III Penutup............................................................................................ 41
A. Kesimpulan........................................................................................... 41
B. Saran..................................................................................................... 41
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama
penyebab kematian dan kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan
sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan
perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini
tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung
koroner adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang
terjadi secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis
koroner dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh
kolesterol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai Kan, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan
pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat juga terjadi di
negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan
fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak
dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK
mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9%
(Shivaramakrishna. 2000).
Gambaran kasus di atas menunjukkan
pentingnya penyakit ini yang belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko
seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah
sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New York
Heart Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari
sejumlah loka karya telah mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai
penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya
perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin
relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan termasuk dalam
semua kasus PJK yang timbul pada populasi umum dengan karakteristik jelas.
Penyakit jantung
yang dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol, banyak terjadi pada individu
dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik
dan makanan yang menjadi faktor penting penentu kadar kolesterol individu. Gaya
hidup masyarakat kerja, dewasa ini lebih cenderung mengejar halhal yang
bersifat praktis, termasuk di dalamnya jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan
cepat saji (fast food) atau yang juga dikenal sebagai makanan sampah (junk
food) menjadi pilihan bagi individu yang mengutamakan kecepatan pelayanan
karena waktu menjadi sangat berharga di dunia kerja. Namun di sisi lain,
makanan ini sebenarnya tidak memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Kandungan yang tinggi. Nystrom (2008) dalam penelitiannya di Perancis
mengatakan, responden yang makan dua kali sehari di McDonalds, Burger King atau
restoran cepat saji lain selama 4 minggu, 2 kali sehari, mengalami peningkatan
berat badan hingga 15% dan peningkatan kadar enzim alanine aminotrasnferase
(ALT) hingga 10 kali.
Aktivitas fisik
yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari kehidupan pekerja
kantor dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan pekerjaan sehingga
tidak ada kesempatan untuk berolah raga dan merujuk kepada perilaku hidup yang
instan, misalnya makanan. Gaya hidup yang demikian akan menyebabkan terjadinya
penumpukan karbohidrat dan kolesterol di dalam tubuh, yang kemudian dapat
menyebabkan dislipidemia yang merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
Di sisi lain,
pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat namun tidak diimbangi
dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup. Keterbatasan ekonomi pada
pekerja kasar membuat mereka jarang memakan makanan hewani seperti daging dan ikan,
makanan cepat saji, atau makananmakanan lain yang cenderung berkolesterol
tinggi. Walaupun demikian, dewasa ini PJK bukan hanya menjadi penyakit bagi
golongan ekonomi menengah ke atas, namun juga sering terjadi pada masyarakat
ekonomi bawah.
Diduga hal ini
terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung minyak tak jenuh dan
trans yang bisa terdapat pada minyak goreng kualitas rendah atau minyak goreng
bekas (American Heart Association, 2008).
B.
Rumusan
Masalah
1. Untuk
mengetahui pengertian penyakit jantung koroner
2. Untuk
mengetahui Etiologipenyakit jantung koroner
3. Untuk
mengetahui penyebab penyakit jantung koroner
4. Untuk
mengetahui gejala penyakit jantung koroner
5. Untuk
mengetahui penanggulangan penyakit jantung koroner
6. Untuk
mengetahui pencegahan penyakit jantung koroner
7. Untuk
mengetahui penyakit jantung koroner pada pekerja
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui penyakit jantung koroner pada
pekerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat
adanya kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan
darahke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung (Yenrina,
Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung
koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner
diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner.
Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung
koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner
yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang melindungi
rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).
jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang
ruang terletak rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke
sebelah kiri stemum (Elizabeth J.Corwin, 2009, 441).
B.
Etiologi
Penyakit Jantung Koroner
Salah satu penyakit jantung koroner
adalah kebiasaan makan makan makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar
lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan di serap tubuh maka lemak harus
diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Aterosklerosis adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil
yang ditandai oleh endapan lemak, trombosit, makrofag dan leukosit di seluruh
lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media (Elizabeth J. Corwin, 2009,
477).
Penyakit jantung koroner dapat
disebabkan oleh beberapa hal :
a. Penyempitan (stenosis) dan penciutan
(spasme) arteri koronaria, tetapi penyempitan terhadap akan memungkinkan
berkembangnya koleteral yang cukup sebagai pengganti.
b. Aterosklerosis, menyebabkan sekitar
98% kasus PJK
c. Penyempitan arteri koronaria pada
sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis arteritis yang mengenai arteri
coronaria, dll.
Salah
satu penyakit jantung akibat insufiensi aliran darah koroner yaitu, Angina
pectoris dan infark miokardium.
1. Angina pectoris
Angina
pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon, terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri
angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen
(Elizabeth J .corwin, 2009, 492).
a. Ateriosklirosis
b. Spasmearterikoroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta insufisiensa
Adapun jenis-jenis angina :
a.
Angina stabil
Disebut
juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga
atau naik tangga.
b.
Angina prinzmental
Terjadi
tampa peningkatan jelas beban kerja jantung pada kenyataannya sering timbul
pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmental terjadi spasme
arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang
tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis.
c.
Angina tak stabil
Adalah
kombinasi angina stabil dengan angina prinzmental ; dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroer. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat
arterosklerosis koroner, yang ditandi oleh trombus yang tumbuh dan mudah
mengalami spasme.
2. Infark miokardium
Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri
koroner dan kemudian tersangkut di bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah
ke seluruh miokardium yang di perdarahi oleh pembuluh tersebut. Infark
miokardium juga dapat terjadi jika lesi trombosit yang melekat di arteri
menjadi cukup besar untuk menyumbat total aliran ke bagian hilir, atau jika
suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak
dapat terpenuhi. (Elizabet J. Corwin, 2009,
C.
Penyebab
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan
pembuluh nadi koroner ini disebut penyakit jantung koroner. Penyempitan dan
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering
ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan jantung
memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak system golongan irama
jantung dan berakibat dengan kematian (Krisatuti dan Yenrina, 1999).
Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan
makanmakanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam
peredarah darah dan diserap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase
menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan di hati dan metabolisme
menjadi kolesterol pembentuk asam empedu yang berfungsi sebagai pencerna lemak,
berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam darah. Penumpukan
tersebut dapat menyebabkan (artherosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi
koroner (arteri koronoria).
Kondisi ini menyebabkan kelenturan pembuluh nadi
menjadi berkurang, serangan jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh
nadi mengalami penyumbatan ketika itu pula darah yang membawa oksigen ke
jaringan dinding jantung pun terhenti (Sulistiani, W, 2005).
Penyakit
jantung coroner (PJK) ternyata
bukan ditimbulkan oleh satu
penyebab saja. Hasil penyelidikan
medis mengungkapkan bahwa
ada serangkaian keadaan
yang memungkinkan Anda
terkena PJK, dan inilah
yang dinamakan factor risiko.
Faktor risiko
Sebagaimana orang
berbadan tinggi lebih mudah
terantuk ambang pintu daripada
orang pendek, begitupun
orang dengan satu atau lebih
faktor risiko lebih
mudah terkena serangan jantung
, meski kemungkinannya lebih
besar.
Faktor risiko
untuk penyakit jantung
dapat dibagi dalam dua bagian, yang kami sebut “dapat
diubah” dan “yang tak dapat
diubah” (lihat tabel
hlm.29). Kemungkinan terkena
PJK akan
semakin besar jika
faktor risikonya lebih banyak.
Tidak semua
faktor risiko sama
beratnya. Beberapa faktor, seperti merokok, bisa
memiliki efek yang
lebih besar untuk
menimbulkan PJK. Jadi, misalnya,
seorang perokok dengan
tingkat kolesterol tinggi dan
tekanan darah tinggi
mempunyai risiko lebih
tinggi daripada orang
yang tidak mempunyai
faktor – faktor tersebut.
Jadi
, tingkat kolestrol
yang tinggi pada seseorang
tanpa faktor risiko
lain berarti bahwa
risiko itu akan meningkat hanya
sedikit di atas
rata-rata. Hal ini mungkin
tak perlu terlalu
dikhawatirkan, dokter Anda
bisa memberi nasehat
yang diperlukan.
1.
Usia dan Gender
Penyakit
jantung, sebagaimana
penyakit lain, semakin
meningkat seiring pertambahan
usia. Di Inggris, misalnya, separuh dari
jumlah serangan jantung
terjadi pada mereka
yang berusia di atas
65 tahun, dan
jumlahnya bertambah sesuai rata – rata
pertambahan usia.
Hal yang
mencolok pada PJK
adalah dibawah usia 55 tahun, jumlah pria
yang terkena PJK lebih
banyak daripada wanita. Penyebabnya, sebelum
menopause (berhenti haid pada wanita), sangat
jarang wanita yang
terkena serangan jantung.
Setelah menopause, jumlah
wanita yang terkena PJK meningkat, dan diatas 75 tahun , jumlah wanita
dan pria yang terkena
penyakit ini kira – kira sebanding.
Penyebab yang
tepat wanita jarang
terkena PJK sebelum
menopause belum diketahui secara
pasti, namun tampaknya
berhubungan dengan hormon
yang tidak produksi
lagi setelah haid
berhenti. Terapi pengganti
hormon (TPH) yang banyak dilakukan
kaum wanita ternyata
dapat mencegah terjadinya
serangan jantung. Karena
itu, beberapa dokter
merekomendasikan TPH ini.
Faktor – Faktor yang menambah risiko terkena PJK
|
|
Dapat Diubah
|
Tidak Dapat Diubah
|
a.
Merokok
b.
Kolesterol tinggi
c.
Tekanan darah tinggi
d.
Diabetes
e.
Kegemukan
f.
Stress
g.
Kurang berolahraga
|
a.
Faktor genetika,
misalnya tingkat kolesterol
tinggi karena keturunan.
b.
Masalah gender: lebih banyak pria
terkena PJK daripada wanita
c.
Usia
|
2.
Riwayat Keluarga
Dokter
biasanya akan menanyakan
tentang riwayat keluarga
Anda jika ada anggota keluarga
dekat(orang tua, kakak, adik, atau anak)
terkena PJK. Jika ayah
Anda kena serangan jantung sebelum usia 60 tahun atau
ibu terkena sebelum
65 tahun, Anda berisiko
tinggi terkena PJK. Namun,
jika orang tua Anda
hidup sampai usia
ketika serangan jantung
biasanya terjadi, hal ini tidak
mengkhawtirkan. Hal sama juga berlaku
untuk kakak dan adik.
Walaupun dalam suatu
keluarga besar, ternyata ada salah
seorang terkena serangan
jantung, mungkin hanya suatu
kebetulan saja.
Bagaimana PJk
bisa menurun dalam keluarga ? Sebagian
jawabnya bergantung pada
gen yang diwarisi
dari orang tua yang
membuat kita mudah
terkena kolestrol tinggi, tekanan
darah tinggi atau diabetes. Selain itu
kesamaan gaya hidup
keluarga juga menentukan,
misalnya makan makanan yang sama dank
jika orang tua merokok,
anak biasanya juga
merokok.
Jika keluarga
Anda cenderung terkena
penyakit jantung, sebaiknya
lakukan pemeriksaan ke dokter
untuk memastikan bahwa
Anda tidak mengidap
kolestrol tinggi, tekanan
darah tinggi, atau gangguan
kesehatan lain yang
harus segera diobati untuk
menghindari risiko tinggi.
3.
Makanan dan
Kolesterol
Seperti dikatakan
sebelumnya, atheroma adalah penyebab utama penyakit
jantung koroner. Timbunan
lemak, khususnya akibat
kolesterol yang disebut plak, terbentuk pada
dinding pembuluh nadi. Inilah
yang membuatnya makin
sempit sehingga menghambat
aliran darah. Jika plak itu pecah , terbentuklah gumpalan darah pada daerah
yang terkena dan menghambat darah
ke bagian otot jantung.
Inilah yang menyebabkan
serangan jantung. Proses ini umumnya
terjadi (dan menimbulkan
kerusakan lebih parah)
pada seseorang dengan tingkat
kolesterol tinggi dalam darahnya.
Faktor genetik
juga berpengaruh pada
tingkat kolesterol Anda. Beberapa keluarga
mempunyai gen dengan
tingkat lemak tinggi dalam
darah. Keadaan ini disebut
hyperlipidemia keluarga, atau disingkat
HK. Namun, makanan juga berperan
besar dalam menentukan tingkat kolesterol. Semakin banyak
lemak terutama lemak
hewan dan hasil susu yang
anda makan, semakin tinggi
kolesterol Anda, dan semakin tinggi
pula risiko terkena PJK (lihat
diagram dihalman sebelah ). Karena itu,
kurangilah konsumsi lemak
hewan dalam makanan Anda
(lebih jauh , lht hlm. 84-86).
Studi Framingham
Salah satu
riset yang mengaitkan tingginya
kolesterol dengan PJK
dilakukan setelah Perang
Dunia II di Framingham,
sebuah kota kecil
dekat Boston, AS. Semua
penduduk diperiksa setiap
tahun sekali untuk
melihat apakah mereka
terkena PJK. Ternyata ada kaitan yang
erat dengan kolesterol
tinggi: semakin tinggi
kolesterol darah, semakin tinggi
risiko terkena serangan jantung.
Studi Framingham ini
juga memperlihatkan kepentingan
faktor-faktor risiko lain,
seperti merokok, tekanan
darah tinggi , dan diabetes. Berbagai faktor
risiko itu telah
dapat dipastikan setelah
pengamatan selama hampir
40 tahun, sejak studi itu dimulai.
Hingga kini studi
itu masih berlangsung.
4.
Merokok
Merokok sigaret
berkaitan erat dengan
risiko PJK. Zat-zat kimia
dalam asap sigaret
terserap ke dalam aliran
darah dari paru-paru
lalu beredar ke seluruh tubuh , dan memengaruhi
setiap sel tubuh. Zat-zat
kimia ini sering membuat
pembuluh darah menyempit
dan membuat sel-sel
darah yang di sebut platelet
menjadi lebih lengket,
sehingga mudah membentuk
gumpalan.
Risiko para
perokok pipa dan cerutu
tidak setinggi perokok
sigaret, namun masih berisiko
terkena PJK disbanding yang
tidak merokok. Jumlah rokok
yang diisap juga berpengaruh ;
risikonya meningkat sesuai
tingkat konsumsi, yaitu ringan (kurang dari 10 batang sehari) sedang (10-20 batang sehari), dan perokok berat
(lebih dari 20 batang sehari).
Alasan
dokter
sangat menyarankan untuk
berhenti merokok karena inilah faktor risiko
yang dapat anda control sendiri.
Lagipula , Anda akan mulai merasakan
manfaatnya saat berhenti.
Meskipun risiko terkena
PJK tidak serendah orang bukan
perokok, hasilnya akan
mendekati sekitar setahun kemudian.
5.
Stres
Banyak orang
yang pernah mendapat
serangan jantung menyatakan
bahwa stress adalah penyebabnya, namun secara ilmiah
hal ini sebnenarnya sulit
dibuktikan. Ada beberapa
faktor pemicu lain, seperti olahraga
secara tiba-tiba dan emosi
yang meluap – luap , dapat mengakibatkan
serangan jantung meskipun
hal ini jarang terjadi. Percaya
atau tidak, selama
masa Perang Dunia
II yang banyak menimbulkan
stress pada warga sipil dan militer,
jumlah warfa sipil, yang terkena
serangan jantung malah menurun.
Jenis kepribadian
tertentu diduga berisiko lebih
tinggi terhadap serangan
jantung. Teknologi modern memungkinkan
orang melakukan sesuatu dalam
beberapa jam dibandingkan
masa primitive yang mungkin
memerlukan waktu berhari – hari. Stres
karena ingin sesuatu diluar
kemampuan, ingin mencapai sesuatu yang tidak realistis,
digolongkan dalam kepribadian
tipe A. Orang yang gelisah (biasanya
pria), yang sulit untuk rileks,
akan semakin terikat pada
pekerjaan yang mengandalkan hubungan
pribadi, dan akhirnya cenderung
menghabiskan tenaga. Mereka
ini mempunyai risiko dua kali lipat terkena PJK dibanding dengan
orang yang berkepribadian tipe B yang dapat menahan diri.
PENYAKIT YANG TERKAIT
DENGAN PJK
Dua
jenis penyakit umum
diyakini dapat menimbulkan risiko paling tinggi untuk PJK adalah
tekanan darah tinggi (TDT) dan
diabetes.
a. Tekanan darah tinggi
Istilah tekanan darah
berarti tekanan dalam
pembuluh nadi dari jantung
yang mengalirkan darah
keseluruh bagian tubuh. Tekanan darah
tinggi menyebabkan tekanan pada
jantung dan sirkulasi, dan hal
ini dapat menimbulkan stroke. Namun, seringkali
tekanan darah tinggi
menimbulkan serangan jantung
pada orang yang tingkat kolesterolnya
tinggi disbanding stroke. Pengobatan tekanan
darah tinggi bisa mengurangi risiko
serangan jantung dan
stroke.
Tekanan darah
biasanya diukur dibagian atas
lengan. Pada setiap detak
jantung, tekanan sistolik
pada alat pengukur akan
naik , lalu jatuh ketitik
rendah di antara detak
jantung (tekanan diastolik). Tekanan
ini diukur dalam millimeter
pada air raksa (mmHg).
Tekanan darah normal orang sehat
saat istrahat adalah 120/70.
Tekanan 140/90 adalah ambang batas,
sedangkan tekanan 150/100 saat istrahat jelas tinggi.
Tekanan darah
tinggi (hipertensi ) ditemukan pada hampir
semua bangsa didunia,
khususnya bangsa Afro-Karibia
dan warga Amerika
berkulit hitam. Di Inggris, hampir
25 persen penduduk berusia diatas
50 tahun mengidap tekanan darah
tinggi.
Penyebab tekanan
darah tinggi pada kebanyakan orang
tidak ketahui. Penyakit ini terdapat pada kebanyakan
anggota keluarga dan penderita
penyakit ginjal. Celakanya,
tekanan darah tinggi sering tidak
menunjukan gejala. Karena
itulah, sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan rutin agar
segera mengetahui terkena
bila tekanan darah tinggi.
Tekanan
tinggi didalam pembuluh
nadi akan merusak dindingya
dan merangsang timbulnya
atheroma. Jantung juga harus bekerja
lebih keras untuk
memompa darah yang
bertekanan tinggi tanpa suplei
oksigen yang mencukupi.
Hal ini meningkatkan kemungkinan
orang terkena angina
atau serangan jantung.
Tekanan darah tinggi juga
meningkatkan risiko
terjadinya stroke akibat
kerusakan yang ditimbulkannya pada
pembuluh darah di otak.
b. Diabetes
Ini
adalah suatu kondisi
umum yang menimpa
sekitar tiga dari seratus
orang di Inggris. Penyebanya
adalah kekurangan atau
resistensi terhadap hormone insulin yang mengontrol penyebaran
glukosa ke sel – sel di
seluruh tubuh melalui
aliran darah.
Diabetes bisa
menimpa setiap kelompok
usia, termasuk anak –anak.
Semakin muda usia penderita , semakin besar kemungkinannya ia butuh
suntikan insulin untuk mengontrolnya. Banyak
juga yang baru mendapatkannya pada
usia pertengehan atau usia lanjut, dan jika
hal ini terjadi, ada
beberapa gejala yang dapat
dikontrol dengan diet atau
tablet. Tujuan pengobatannya
adalah mengontrol tingkat
glukosa dalam darah hingga mendekati tingkat yang normal. Namun demikian ,
meskipun diobati, diabetes
dapat meningkatkan risiko gangguan dalam peredaran darah, termasuk PJK. Bagi wanita,
hal ini sangat penting
karena penyakit ini
dapat melawan daya
perlindungan dari hormon –
hormon wanita, dan
hampir sama banyaknya
wanita dengan pria penderita
diabetes mengalami PJK.
Kontrol yang
baik terhadap diabetes dengan diet,
tablet, atau insulin dapat
mengurangi timbulnya masalah
pada aliran darah
dan jantung. Sebaliknya , jika tidak
terkontrol, diabetes bisa
meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk
kolestrol tinggi, dan seseorang
penderita diabetes mungkin
perlu minum obat tambahan
untuk mengontrolnya.
D.
Gejala
Penyakit Jantung Koroner
Meski
kebanyakan penderita PJK mempunyai masalah pokok yang sama, yaitu penyempitan
arteri koronia, namun gejala yang timbul tidak sama. Beberapa menderita angina,
ada pula yang terkana serangan jantung. Sebagian kecil mengalami kegagalan
jantung tanpa ada gejala apapun sebelumnya. Semua akibat ini belum diketahui
penyebabnya secara pasti.
1.
Nyeri
Dada
Tidak semua nyeri dada disebabkan oleh
nyeri dada . banyak orang mengira mudah untuk mengenali nyeri dada akibat nyeri
jantung daripada penyakit lainnya, tetapi sesungguhnya hal ini sulit, bahkan
bagi dokter berpengalaman sekalipun.
a. Angina
Angina
pectoris adalah bahasa latin untuk rasa nyeri di dada, stelah melakukan
kegiatan fisik, dan hilang ketika anda beristirahat. Pda PJK, nyeri itu timbul
dari urat otot di jantung karena tidak
mendapat oksigen cukup untuk melaksanakan tugasnya. Angina biasanya
berlangsung selama 2-3 menit tidak ebih dari 10 menit. Ini terjadi bila
anda berjalan mendaki, melawan angin
kuat, atau bila anda naik tangga. Namun, ini bias juga terjadi setelah
melakukan aktifitas ringan, seperti berpakaian. Biasanya keadaan lebih parah
bila cuaca dingin dan bila kegiatan itu
dilakukan setelah makan, misalnya berjalan-jalan setelah makan.
b. Angina
tak pasti
Sebenarnya
angina dapat diduga sebelumnya, namun bila arteri koronia terus menyempit atau
timbul bekuan darah pada permukaannya, angina dapat berkembang menjadi angina
tak pasti. Anda baru menyadari saat anda hanya mampu berjalan dalam jarak
pendek, atau anda merasa nyeri saat anda melakukan pekerjaan ringan diseputar
rumah, atau saat naik tangga. Mungkin juga anda terbangun dari tidur oleh
serangan angina. Perubahan rasa nyeri perlu dilaporkan kepada dokter agar dapat
melakukan tindakan pencegahan karena bias berkembang menjadi serangan jantung.
c. Serangan
jantung
rasa
nyerinya sama dengan angina, namun tak hilang bila anda beristirahat, malah
tambah parah. Mereka yang pernah mengalaminya mengatakn bahwa inilah rasa sakit
paling buruk yang pernah mereka rasakan. Orang yang terkena serangan jantung
Nampak pucat, berkeringat, dan tubuhnya terasa dingin. Mereka sering merasa
sakit dan mungkin muntah. Sebagian malah tidak pernah mengalami gejala penyakit
jantung sbelumnya karena terjadi secara tiba-tiba. Namun, banyak penderita
merasakan nyeri yang sebentar-sebentar selama beberapa minggu atau beberapa
bulan akibat penyempitan pembuluh darah.
Perbedaan
antara angina da serangan jantung
adalah, jika angina timbul akibat otot jantung kekurangan oksigen namun tidak
menimbulkan kerusakan, pada serangan jantung sebagian otot jantung menjadi mati
akibat kekurangan oksigen.
Pada
kira-kira 20 persen penderita, gejala serangan jantung cukup ringan dan
dianggap sebagai gangguan pencernaan.
Hal ini sering terjadi pada orang tua dan para penderita diabetes, mungkin
karena saraf sakit ke jantung tidak begitu peka lagi pada kedua golongan ini.
Penyebab
Lain Nyeri Dada
Kita
semua pernah merasakan nyeri dada, seperti rasa nyeri dibagian tubuh lain.
Kemungkinan penyebabnya adalah :
a. Rasa
panas dalam perut
Kerongkongan (osefagus) yaitu saluran
dari mulut ke perut, letaknya persis dibelakang jantung dan punya saluran saraf
yang sama. Jadi, sakit dikerongkongan mungkin terasa seperti sakit dibagian
jantung. Rasa panas diperut ini bias terjadi setiap saat dan biasanya
disebabkan oleh makanan, dimulai sekitar setengah jam setaah makan, atau jika
perut kosong. Panas diperut ini juga bias timbul malam hari saat berbaring
mendatar karena cairan asam dari perut mengalir kembali ke kerongkongan dan
menimbulkan iritasi. Makan lebih baanyak makanan atau minum susu atau antacid
bias mengurangi gejalanya, sedangkan minum panas serta alcohol bias memperburuk
keadaan.
Rasa sakit di perut ini bukan disebabkan
oleh latihan fisik. Bila anda merasa nyeri dada saat berjalan. Bahkan jika anda
sampai bersendawa tampaknya gejala ini kemungkinan besar berasal dari jantung
daripada dari perut . periksakan ke dokter.
2.
Pleuritis
Infeksi di dada seperti pneumonia
(radang paru-paru) biasa menimbulkan nyeri hebat di dada, yang dinamakan
pleuritis (radang selaput dada). Rasa nyeri yang tajam disatu sisi dada akan
semakin parah bila anda batuk atau bernmafas dalam-dalam. Ini berbeda dari rasa
sakit yang kurang tajam dan terus menerus dari jantung yang menyebar tepat
kedada.
3.
Sakit
Otot
Sepanjang punggung dan diantara tulaang
rusuk terdapat otot-otot yang berperan penting dalam pernapasan. Seperti otot
lainnya, otot-otot ini bias terserang rematik. Sakitnya biasanya terbatas di
daerah dada tertentu, baik dibagian depan atau belakang. Rasa sakit semakin
terasa saat duduk, atau berbaring dalam posisi tertentu jika membalik. Sakit
akibat rematik ini bias berlangusung beberapa jam sampai beberapa hari dan
mungkin hilang sbelum akan kambuh beberapa minggu kemudian.
4.
Debaran
Jantung
Palpitasi, debaran jantung keras dan
cepat yang teratur ataupun yang tidak teratur bisa terjadi pada orang sehat.
Penyebabnya adalah, stress, merokok, atau terlalu banyak minum kopi atau teh. Ada
juga orang yang mempunyai “sirkuit pendek” elektris pada jantungnya sehingga
membuat jantung berdebar sangat cepat, namun ini jarang terjadi.
Orang deengan PJK juga bisa mendapat masalah dengan debaran
jantung, namun biasanya ini terjadi setelah ada seraangan jantung. Dokter akan
memberikan obat untuk mencoba mengontrolnya. Jila palpirasi menyebabkan anda
pingsan, sesak napas atau nyeri dada, konsultasikan segera ke dokter.
5.
Sesak
Napas
Banyak penyebab sesak napas, dan yang
paling umum diantaranya adalah brinkitis kronis, emfisema (melebarnya gelembung
paru) dan asma. Gagal jantung juga menyebabkan sesak napas dan bisa menyerang
orang pernah terkena serangan jantung. Jika jantung tidak memompa dengan baik,
cairan akan tertimbun dalam jaringan tubuh dan paru-paru, sehingga
mengakibatkan sesak nafas. Anda akan sulit jika berbaring ditempat tidur atau
terbangun waktu malam karena sesak napas. Anda juga bisa terserang batuk dengan dahak mengandung sedkit busa atau darah.
Jika cairan tertimbun di bagian tubuh,
pergelangan kaki membengkak atau perut terasa sakit karena hati dan usus
membengkak. Jika telah jelas bahwa jantung anda tidak beres, napas yang semakin
sesak, atau abtuk yang tak kunjung hilang sangat berbahaya. Kini telah ada
obat-obatan ampuh untuk mengatasi gagal jantung, dan semakin cepat anda di
obati akan semakin baik.
E.
Mengatasi
Serangan Jantung (Penanggulangan)
1.
Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah serangan jantung
sangat berbeda daripada yang biasa. Jika rasa nyeri dan lesu telah lewat,
biasanya dalam waktu beberapa hari usaha yang dilakukan adalah kembali ke
keadaan normal selama 6-8 minggu ke depan.
Kebanyakan rumah sakit mempunyai bagian
rehabilitasi jantung, atau disingkat “rehab”. Tujuan rehabilitasi jantung
adalah:
a. Pendidikan
Memahami penyebab
masalah itu dan mengetahui cara menjadi sehat kembali
b. Pelatihan
Program pelatihan secara bertahap,
sehingga anda bisa kembali ke aktivitas normal
Program rehab biasanya dimulai di rumah
sakit. Seorang perawat akan menjenguk anda dan menjawab beberapa hal yang
menjadi masalah anda atau keluarga. Anda akan diberi petunjuk mengenai hal-hal
yang boleh dan tidak boleh anda lakukan setelah keluar dari rumah sakit.
Program pelatihan biasanya dimulai 2-4
minggu kemudian dan diawasi oleh seorang ahli fisioterapi di bangsal rumah
sakit. Mungkin anda akan bergabung dalam
satu kelompok, sekitar 10-15 orang sehingga anda dapat bercakap-cakap dan
saling bertukar pengalaman. Kondisi ini sangat sering membesarkan hati saat
melihat seseorang berlatih penuh semangat pada akhir program pelatihan,
sedangkan anda baru akan memulai dan masih ragu-ragu mengikuti pelatihan itu.
Bagi banyak penderita berusia separuh
baya, mungkin ini merupakan pelatihan fisik teratur pertama yang mereka ikuti
selama bertahun-tahun sehingga awalnya akan terasa aneh. Namun, banyak orang
merasakan pelatihan itu semakin mudah setelah beberapa minggu dan merasa jauh
lebih baik pada akhir program pelatihan daripada bertahun-tahun sebelumnya.
Program rehabilitasi biasanya
berlangsung selama 1-2 jam, dua kali seminggu selama 6-8 minggu. Selain
berlatih, biasanya diadakan diskusi mengenai penyabab serangan jantung dan
hal-hal yang bias dilakukan untuk mencegahnya. Mungkin juga ada kunjungan dari
apoteker, ahli diet, dan spesialis jantung untuk menjawab pertanyaan anada atau
keluarga anda mengenai kondisi anda.
2.
Kembali
ke Kehidupan Normal
Anda mungkin merasa ragu untuk melakukan
kegiatan normal dalam minggu-minggu atau bulan pertama setelah terkena serangan
jantung, seperti bekerja atau kegiatan seks.
a. Mengemudi
Biasanya anda tidak
dianjurkan untuk mengemudikan mobil satu bulan setelah terkena serangan
jantung. Hal ini terutama berlaku bagi para pengemudi. Oleh karena itu
bicarakanlah hal ini dengan dokter anda.
b. Kegiatan
seks
Setelah terkena
serangan jantung, biasanya orang takut melakukan kegiatan seks. Mula-mula anda
mungkin kurang berminat, namun wajar untuk melakukannya kembali setelah 3-4
minggu jika anda menginginkannya. Hindari sikap terlalu menggebu sampai anda
benar-benar pulih, yang biasanya makan waktu sekitar 6-8 minggu. Beberapa jenis
obat yang anda makan mungkin akan mengurangi nafsu seks, dan jika anda merasa
hal ini menjadi masalah, bicarakanlah dengan dokter anda.
c. Bekerja
Orang yang terkena
serangan jantung biasanya dapat kembali bekerja setelah 2-3 bulan . bagi mereka
yang bekerja tanpa mengeluarkan banyak tenaga, delapan minggu cuti sudah cukup.
Untuk pekerja yang memerlukan banyak tenaga diperlukan waktu lebih lama, serta
tambahan kegiatan fisik dalam program pelatihan untuk memulihkan tenaga
kembali.
d. Berlibur
Selama 2-3 bulan
pertama setelah terkena serangan jantung, dianjurkan tidak bepergian ke luar
negeri dulu. Anda bolrh pergi kemana pun bila telah pulih kembali. Jika anda
ragu, bicarakanlah dengan dokter. Bila anda masih dalam pengobatan, usahan
untuk membawa obat-obatan yang cukup sampai anda kembali, dan bawalah selalu
bersama anda.
e. Cemas
dan depresi
Setiap orang pasti
merasa cemas setelah terkena serangan jantung, meskipun dokter, perawat, dan
keluarga telah member nasihat positif, banyak penderita masih tetap merasa
cemas. Anda cemas jika terkena serangan jantung lagi, dan semua itu berlanjut.
Perasaan ini memang wajar dan dapat dipahami. Serangan jantung bias merupakan
tamparan kuat bagi kepercayaan diri anda, terutama jika anda belum pernah
mengalami keluhan sakit apa pun sebelumnya sehingga mudah menjadi depresi.
Mengenali
masalahnya
Depresi
boleh dikatakan penyakit yang sama parahnya dengan sakit jantung, yang juga
dapat disembuhkan. Anda terkena depresi bila ada gejala-gejala seperti berikut:
1. Merasa
sedih dan mudah menangis.
2. Hilang
semangat atau minat dalam bekerja dan hobi.
3. Kehilangat minat dalam seks.
4. Rasa
percaya diri rendah.
5. Terlalu
memperhatikan kesehatan diri.
6. Konsentrasi
lemah.
7. Tidur
sering terganggu, sulit tidur, atau bangun terlalu pagi.
8. Selalu
merasa lelah.
Pada
keadaan depresi, tingkat kimiawi yang meneruskan sinyal ke otak biasanya rendah
dan pengobatan dengan obat-obatan antidepresi bias membuatnya normal kembali.
Obat-obatan ini tidak menyebabkan ketagihan, berbeda dengan obat penenang, dan
anda bias menghentikannya bila sudah merasa tidak tertekan lagi. Umunya obat
ini dimunum selama 3-6 bulan.
Dalam
minggu-minggu pertama setelah serangan jantung, begitu banyak hal yang terjadi
dan perlu dipikirkan sehingga depresi tidak begitu kentara. Namun, bila
semuanya telah normal kembali, anda mungkin punya banyak waktu untuk
mencemaskan masa depan, dan inilah saat berbagi masalah bias timbul.
Reaksi
yang paling umum adalah mudah marah meskipun pada orang yang biasanya tenang.
Pasangan mereka sering mengeluh “ dimarahi habis-habisan” karena kesalahan
kecil saja . Masalah ini biasanya akan reda jika orang itu mulai bekerja
kembali, meskipun ada juga orang yang “mudah marah “ untuk waktu yang lebih
lama.
Hal
yang penting dalam mengatasi rasa cemas dan depresi adalah menyadari bahwa hal
ini adalah wajar dan dapat diatasi. Berbagi rasa dengan orang yang pernah
mangalami hal ini, atau berkonsultasi dengan kelompok yang biasanya ada
dibagian rehab jantung, akan banyak membantu. Jika anda mengalami masalah
dengan berbagai gejala depresi, jangan biarkan hal itu berlarut-larut, tetapi
bicarakanlah dengan dokter anda.
3.
Menjaga
Kesehatan Jantung
Ada dua jenis factor yang beresiko,
yakni factor yang tak dapat dikontrol, dan yang bisa anda pengaruhi. Penyakit
lain, khususnya diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi), bisa
meningkatkan resiko terjadinya PJK, namun resiko ini akan berkurang jika
kondisinya terkontrol baik disertai pengobatan yang cocok.
1. Menurunkan
Kolesterol
Lipid adalah istilah umum yang digunakan dokter
untuk menyebut bahan menyerupai lemak dalam darah. Kolesterol merupakan
penyebab utama, namun ada jenis lain yang disebut trigliserid yang juga
berperan dalam PJK.
Kolesterol mempunyai reputasi buruk sebagai penyebab
penyakit jantung dan pembuluh darah meskipun juga mempunyai beberapa fungsi
penting bagi tubuh, dan setiap orang membutuhkannya. Zat ini di produksi dalam
hati dan digunakan dalam selaput sel tubuh untuk membuat empedu dan hormone.
Jadi, meskipun anda telah menghindari kolesterol dalam makanan, zat ini akan
selalu ada dalam darah.
Jika Anda memeriksakan kolesterol dalam darah,
laboratorium biasanya juga akan mengukur jenis lemak lainnya. Tingkat
kolesterol dijumlahkan dari dua macam unsur, yakni LDL ( low-density
lipoprotein) dan HDL (high-density lipoprotein). LDL adalah kolesterol “jahat”,
yang bila tingkatnya tinggi akan memnempel pada dinding pembuluh nadi dan
menimbulkan ateroma. Seitar dua per tiga dari kolesterol dalam darah adalah
LDL, dan inilah yang dimaksudkan dokter bila dikatakan tingkat kolesterol Anda
tinggi.
Sebaliknya, HDL adalah kolesterol “baik” dan semakin
tinggi tingkatnya, semakin kecil kemungkinan Anda terkena serangan jantung.
Kaum wanita biasanya mempunyai tingkat HDL yang lebih tinggi daripada
laik-laki, namun perbedaan ini biasanya menghilang setelah menopause.
Trigliserid adalah jenis lemak ketiga dalam
pemeriksaan darah. Trigliserid kebanyakan dibuat dari lemak yang ada dalam
sel-sel lemak tubuh. Bila zat ini dilepaskan, tubuh akan mendapatkan energi
yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Meski trigliserid tidak terdapat
dalam timbunan lemak pada dinding pembuluh nadi, namun jika tingkatnya tinggi,
yang merupakan akibat dari apa yang mereka makan, dan sebagian karena faktor genetik.
Dengan diet yang cermat, tingkat lipid atau kolesterol bisa turun hingga 10-20
persen, namun jika ingin menurunkan lebih dari itu, biasanya diperlukan
obat-obatan.
Dokter Anda mungkin memberikan lebih dari satu jenis
obat untuk menurunkan tingkat lipid karena cara kejanya memang berlainan.
Bisanya Anda juga diberi petunjuk cara menurunkan kolesterol dengan makanan
agar pengobatan Anda benar-benar berhasil.
4.
Statin
Perubahan besar dalam pengobatan
terhadap kolesterol dalam lima tahun terakhir ini adalah berkat jenis
obat-obatan ini yang mampu menghambat produksi kolesteorl di hati. Statin mampu
menurunkan kolesterol hingga 20-30 persen dengan hanya sedikit efek samping.
Beberapa penyelidikan penting telah
dilakukan terhadap ribuan pasien di Eropa, Australia, dan Amerika. Hailnya
menunjukkan bahwa penurunana kolesrterol diikuti oleh menurunnya 20-30 persen
resiko terkena serangan jantung. Jenis obat-obatan statin yang paling banyak
digunakan adalah amvastatin dan pravastatin, namun masih banyak lagi yang
diproduksi.
Obat-obatan ini biasanya diminum sekali
sehari setelah makan hanya dengan sedikit efek samping. Kadang-kadang timbul
radang pada otot tangan dan kaki, serta nyeri yang rasnya seperti flu. Hal ini
terjadi pada minggu-minggu pertama setelah memulai pengobatan dan harus segera
dilaporkan ke dokter. Keluhan itu segera akan hilang setelah Anda berhenti
makan obat.
Jika Anda tdak ada keluhan terhadap
obat-obatan ini dalam minggu-minggu pertama setelah meminimnya, biasanya Anda
tidak akan mendapat masalah untuk selanjutnya.
5.
Fibrat
Bagi beberapa orang, khususnya penderita
diabetes, masalah lipid mungkin tidak sebanyak dengan kolesterol serta
trigliserid karena mereka bisa menggunakan kelompok obat lain yang disebut
fibrat. Sebagaimana statin, obat-obatan ini hanya sedikit efek sampingnya dan
diminum makan. Dalam minggu-minggu pertama setelah ada keluhan nyeri pada otot,
namun selain itu hampir tidak ada keluhan lain. Fibrat dapat menurunkan tingkat
kolesterol hingga 10-15 persen dan mengurangi resiko terkena PJK.
6.
Resin
Resin menurunkan tingkat kolesterol
dengan cara mengikat kolesterol dalam usus dan mempengaruhi penyerapannya dalam
tubuh. Obat ini berupa bubuk, biasanya dicampurkan dalam sari buah, diminun
satu atau dua kali sehari. Karena tidak diserap oleh tubuh, tidak ada efek
samping bagi jaringan tubuh, namun bisa menyebabkan perut kembung dan sendawa,
atau sembelit pada beberapa orang.
Resin juga dapat mencegah terulangnya
serangan jantung, meskipun kurang ampuh dibandingkan dengan statin dan hanya
mengurangi resiko 10-15 persen.
7.
Memperbaiki
Makanan
Mengubah jenis makanan yang biasa Anda
makan tidaklah mudah, namun penting untuk mengurangi resiko terulangnya serangan
jantung. Caranya sangat sederhana.
Makan makanan sehat bukan berarti Anda
harus berpantang semua makanan yang Anda sukai
hanya makan sayuran mentah. Kebanyakan orang makan terlalu banyak lemak,
khususnya yang berasal dari hewan atau
susu. Menguranginya adalah bonus yang sehat untuk seluruh keluarga Anda.
Kurangilah makan daging, keju keras, mentega, krim, susu full-cream, dan
yoghurt, serta makanan lain yang kaya lemak. Makanlah sedik saja, atau hanya
pada acara khusus.
Selain mengurangi jumlah lemak dalam
makanan Anda, gunakan lemak tak jenuh ganda (polyunsatu-rated fat), biasanya
berasal dari tumbuh-tumbuhan, atau lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated
fat), seperti minyak zaitun. Jika Anda tidak yakin menentukan minyak yang baik
untuk kesehatan, periksalah labelnya atau tanyakan pada ahli gizi karena berapa
jenis minyak tidak baik untuk jantung. Minyak kelapa sama buruknya untuk
jantung, seperti lemak dari hewan.
Mengurangi lemak adalah juga cara yang
baik untuk menurunkan berat badan dan banyak orang merasa bahwa setelah
mengubah makanan, gangguan pencernaan mereka akan berkurang. Bila Anda cemas
akan tingkat kolesterol Anda, hindari makanan yang berkolesterol tinggi,
seperti telUR, hati, dan kerang. Namun makanan ini masih lebih baik daripada makanan
yang mengandung lemak hewan. Ingatlah juga banyak makanan yang diproses dan
makanan jadi, seperti pai, biscuit, cake yang banyak mengandung lemak hewan,
demikian juga buger! Mulailah dengan program hidup lebih sehat dan perhatikan
label makanan ditoko yang menginformaikan kandungan lemak.
Perubahan penting lain untukmemulai
program diet yang sehat adalah dengan mengonsumsi sebanyak mungkin buah dan
sayuran, paling sedikit lima porsen setiap hari.
Bila anda dapat meningkatkan makanan
yang kaya serat, seperti roti gandum, beras merah, pasta, dan sereal untuk
sarapa, terutama havermut, makanan anda sangat baikuntuk kesehatan dan jantung
anda.
Untung lah banyak pabrik makanan mulai
menyadari pentingnya makanan sehat dan banyak buku resep makanan sehat yang
dapat membantu. Kendala untuk mengikuti pola makanan sehat mungkin adalah
masalah biaya. Jika demikian, bicarakan hal ini dengan dokter atau ahli gizi
yang akan membantu memecahkan masalah anda.
8. Berhenti Merokok
Manfaat menghentikan
kebiasaan merokok sungguh besar dan mulai saat anda menghentikannya, dan dalam
lim tahun ke depan, resiko terulangnya serangan jantung berkurang hingga
setengahnya.
Namun, anda harus
berhenti merokok sama sekali. Bila anda hanya mengurangi jumlahnya atau
mengubahnya dari sigaret ke cerutu atau pipa, risikonya hampir tidak berkurang.
Para dokter menyadari
hal ini 30 tahun yang lalu ketika hubungan Antara merokok dan penyakit jantung
mulai diberitakan. Hingga waktu itu, para dokter termasuk perokok paling berat,
kini hanya sedikit saja yang suka merokok.
Banyakorang merasa
lebihmudah berhenti merokok di rumah sakit,namun agak sulit memper tahanya bila
anda pulang. Bila anda telah merokok sejak remaja, hal ini bias menjadi
masalah. Inilah kesempatan seluruh keluarga untuk membantu, sebap sulit
menghilakan kebiasaan merokok apa bila anggota keluaga anda merokok. Rumah
sakit kini adalah wilayah ‘’dilarang merokok’’ dan begituh lah sehausnya rumah anda.
Bagaimana caranya
berhenti merokok? Hal ini berbeda pada setiap orang.ada yang dengan mudah
tiba-tiba berhenti merokok. Anda yang
secara perlahan-lahan mulai menguranginya, hingga perlu waktu beberapa minggu.
Masalah sebenarnya adalah kecanduan pada nikotin sehingga beberapa orang perlu mengunyah
permen karet yang mengandung zat ini. Kadang-kadang berbagi rasa dengan orang
lain dapat juga membantu.
Beberapa sebab mengapa
orng enggan berhenti merokok-terutama wanita- adalah karena ada kalanya berat
badan akan bertambah setelah berhenti merokok.
Belum di ketahui secara jelas mengapa hal ini bias terjadi. Nafsu maka
jelas akan bertambah dan beberapa orang suka mengudap untuk menghilangkan
kebiasaan merokok. Rata-rata berat badan memang akan naiksetengah sampai satu
kilogram dalam enam bulan pertama setelah berhenti merokok. Namun, jika anda
telah mengubah makanan anda menjadi lebih sehat dan rendah lemak, biasanya
kelebihan berat badan itu akan menurun lagi dalam waktu 6-12 bulan.
9. Mengurangi Stres
Jika anda terkena
angina untuk serangan jantung, ini lah kesempatn untuk mempertimbang kan
prioritas dalam hidup anda. Anda mungkin merasa bahwa pekerjaan selama ini menyita waktu dan energi
anda begitu banyak di bandinkan waktu
untuk keluerga, teman-teman, maupun minat andayang lain. Meski belum ada
bukti secara ilmiah bahwa mengubah gaya hidup akan mengurangi risiko, hal ini
jelas akan meningkat kan kualitas hidup anda
F.
Faktor-faktor
Pencegah
Beberapa
faktor yang di yakini dapat melindungi anda terhadap PJK adalah mengurangi
jumlah minuman baralkohol dan melakukan pelatihan fisik secara teratur
a. Alkohol
Banyak di beritakan tentang manfaat
alkohol bila di minum dan jumlah cukup , namun alkohol dalam jumah tinggi yang
di minum secara teratur dapat menjadiracun
bagi jantung ,otak,dan hati.
Jadi, berapakah ukuran yang cukup?
Jumlah yang cukup adalah kira-kira 2-3 unit sehari bagi pria,dan jumlahnya agak
kurang bagi wnita.satu unit adalah ukuran minuman keras, gelas anggur, atau
setengah pint bir atau cider (sari buah apel). Pernah ada anggapan bahwa anggur
merah baik untuk mencegah serangan jantung, namun ternya ta setiap jenis
alkohol punya efek yang sama.
b. Pelatihan
Fisik
Pelatihan fisik
secara teratur baik bagi anda dan dapat mencegah terjadinya PJK. Banyak
penyelidikan di amerika dan eropa menunjukan bahwa pelatihan secara teratur (20
menit, 2-3 kali seminggu) berhasil menurun kan risiko PJK.
Jika anda pernah
terkena serangan jantung, anda akan di ajarkan pelatihan fisik di bagian
rehabilitasi jantung rumah sakit, dan mereka yng terkena PJK jenis apapun di anjurkan
melakukan lebih banyak latihan. Jika anda belum pernah mengikuti pelatihan
fisik sebelumnya dan tidak tahu cara
memulainya, mintalah nasihat dokter. Jenis pelatihan yang anda lakukan mungkin
idak begitupenting, asal cukup
merangsang jantung dan aliran darah dengan cukup lakukanlah apa yang paling
anda sukai, seperti berjalan, berenang, jogging, senam lantai atau berdansa.
Banyak orang mulai dengan perlahan-lahan dan akahirnya menambah waktu dan
jumlah pelatihan, dalam pelatihan atau senam terpimpin, anda akan diajarkan
cara melakukan pemnasan terlebih dahulu, dan hal ini sebaiknya dilakukan dalam
setiap pelatihan.
Pelatihan untuk
“membakar kalori sebanyak-banyaknya” hingga badan Anda terasa sakit dan pegal
sangat tidak dianjurkan. Jika Anda merasa nyeri, pusing, atau sesak napas,
beristrahat dan berhentilah dulu sampai Anda mersa sehat kembali.
c. Kerja
sama dengan dokter
Meskipun merokok
dan tingkat lipid merupakan faktor utama yang sepenuhnya berada dalam kontrol
Anda , ada hal-hal lain ketika Anda dan Dokter Anda bisa bekrja sama untuk
meminimalkan risiko lebih lanjut. Mereka yang cenderung mudah terkena PJK,
seperti para penderita diabetes dan hipertensi , harus berusaha untuk ttap
mengontrol kesehatannya.
d. Hipertensi
Berusahalah
untuk minum obat secara teratur meski tidak ada gejala apapun. Periksakan
tekanan darah Anda secara teratur ke dokter.
e. Diabetes
Cobalah
mempertahankan berat badan Anda sedekat mungkin dnga yang seharusnya. Usahakan
agar tingkat gula darah Anda normal dengan
menjga diet Anda secara ketat dan minum obat yang diberikan dokter secara
teratur. Pelatihan fisik penting karena dapat menurunkan berat badan dan juga
menurunkan kebutuhan insulin Anda.
f. Tingkat
Lipid Naik
Usahan untuk
tetap menjalankan diet yang ketat dan makanlah obat yang diberikan dokter
secara teratur.
g. Mengatasi
Keadaan Darurat
Serangan jantung
bisa terjadi di mana saja dan setiap orang harus tahu apa yang perlu dilakukan
untuk menolong orang yang pingsan dan jantungnya berhenti berdenyut. Basic Life
Support (BLS) atau bantuan dasar untuk mempertahankan hidup tidak sulit
dipelajari dan sangat bermanfaat untuk menolang mempertahankan hidup seseorang.
Banyak istruktur bisa didapatkan di berbagai kota, baik yang bekerja secara
sukarela maupun dari rumah sakit terdekat.
Jika Anda atau
seseorang secara tiba-tiba merasa nyeri dada yang menjurus ke serangan jantung,
inilah langkah-langkah yang perlu dilakukan:
1.
Istirahatlah sambil duduk atau berbaring
2.
Minumlah obat GTN dan tunggu lima menit
3.
Jika rasa nyeri masih sama atau
bertambah buruk setelah 5-10 menit, minum dosis kedua
4.
Jika tidak berhasil juga, telepon
ambulans
5.
Kunyah sebutir aspirin (kecuali Anda
atau orang itu alergi pada aspirin) karena ini akan mengencerkan darah dan
mencegah pembekuan.
G. Penyakit Jantung Koroner pada
Pekerja
Tabel 2.1 Prevalensi
Penyakit Jantung Koroner Menurut Jenis Kelamin
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada tabel 2.1 menunjukkan
prevalensi penyakit jantung koroner lebih banyak terjadi pada responden dengan
jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori Davidson, (2003) risiko
PJK lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian
ini sama dengan hasil penelitian oleh Supriyono (2008) yang melakukan olahraga
teratur bisa mengurangi risiko penyakit jantung koroner.
Tabel
2.2 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut Kelompok Umur
Kelompok
Umur
|
PJK
|
|
F
|
%
|
|
30-40
tahun
|
2
|
3,3
|
41-50
tahun
|
11
|
18,3
|
51-60
tahun
|
11
|
18,3
|
61-70
tahun
|
6
|
10
|
Jumlah
|
30
|
50
|
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada table 2.2 menunjukkan sebagian
besar responden yang mengalami penyakit jantung koroner dengan usia lebih dari
40 tahun, hal ini menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner akan
meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini sesuai dengan teori Davidson,
(2003) bertambahnya umur akan meningkatkan risiko kejadian penyakit jantung
koroner. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Djohan (2004) ada hubungan
antara umur dengan kejadian PJK. Kasus PJK akan meningkat dengan bertambahnya
umur.
Tabel
2.3 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut Jenis
Pekerjaan
Jenis
Pekerjaan
|
PJK
|
|
F
|
%
|
|
Tidak
Bekerja
|
12
|
20,0
|
PNS
|
7
|
11,7
|
Swasta
|
4
|
6,7
|
Wiraswasta
|
7
|
11,7
|
Petani
|
0
|
0
|
Jumlah
|
30
|
50
|
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada tabel 2.3 menunjukkan
prevalensi penyakit jantung koroner sebagian besar terjadi pada yang tidak
bekerja, PNS dan wiraswasta. Hasil penelitian oleh Supriyono (2008) yang
melakukan studi kasus di RSUP Dr. Kariyadi dan RS Telogorejo Semarang pekerjaan
tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner.
Tabel 2.4. Analisis Bivariat Kejadian Penyakit
Jantung Koroner dengan Variabel yang Diteliti
Sumber: Hermansyah 2009
Hasil penelitian juga menunjukkan, tidak ada
hubungan yang bermakna antara gangguan kesehatan mental dengan kejadian PJK. Hasil
uji chi-square diperoleh nilai p=0,082
Tabel 2.5 Analisis Hubungan Gangguan Kesehatan
Mental dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Sumber: Hermansyah 2009
Tidak ada hubungan antara gangguan kesehatan mental
dengan kejadian PJK(p=0,082).Hal ini didukung oleh teori dari
Anthonovsky ( dalam Notosoedirdjo, 2007) yang menyatakan bahwa stres dapat
bersifat netral, yaitu tidak memberikan efek buruk maupun baik. Ini terjadi
bila intensitas atau durasi stresor sangat kecil atau kemampuan adaptasi
individu sangat baik sehingga stressor dapat dikendalikan. Penelitian yang
dilakukan di Framingham dan juga di negara-negara barat tidak terlalu
menonjolkan stres sebagai faktor risiko PJK. Seseorang yang mengalami gangguan
kesehatan mental akan dapat mengatasinya dengan melakukan aktifitas fisik
seperti olahraga secara rutin. Sejalan dengan penelitian di British Journal
of Sports Medicine, yang menyimpulkan bahwa melakukan aktifitas fisik
selama 20 menit per minggu cukup untuk meningkatkan kesehatan mental dan
memperkecil kemungkinan stress.
Tabel.2.6
Prevalensi
Penyakit Jantung Koroner Menurut Status IMT Di Laboratorium Klinik Prodia
Makassar Tahun 2005
Sumber: Medical report Laboratorium Klinik Prodia
Makassar tahun 2005
Prevalensi penyakit jantung koroner menurut status
IMT pada table 2.6.menunjukkan pasien dengan status IMT normal (18 – 24,9
kg/m2) terdapat 21,8 % menderita PJK , Status IMT kurus (< 18 kg/m2)
terdapat 83,3 % menderita PJK, sedangkan pada obesitas (> 25 kg/m2 terdapat
35,6 % yang menderita PJK.
Tabel
. 2.7
Analisis
Hubungan Obesitas dengan Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Penyakit Jantung
Koroner Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005
Sumber: Medical report Laboratorium Klinik Prodia
Makassar tahun 2005
Hasil analisis berdasarkan pada table 2.7
menunjukkan bahwa dari 26 penderita obesitas disertai diabetes melitus
ditemukan 14 (53,8 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih banyak
dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit jantung koroner yaitu 12
(46,2 %). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,018) lebih kecil a
(0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara
obesitas dengan diabetes mellitus terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Hasil
penelitian terhadap 270 sampel menunjukkan bahwa dari 26 penderita obesitas
disertai diabetes melitus ditemukan 14 (53,8 %) yang menderita penyakit jantung
koroner, lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit jantung
koroner yaitu 12 (46,2 %). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,018)
lebih kecil a (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara obesitas dengan diabetes melitus terhadap kejadian
penyakit jantung koroner.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hisayama Hearth Study di Jepang, yang menunjukkan angka kematian kardivaskuler
meningkat pada kelompok obesitas yang disertai dengan diabetes melitus.
Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah Henry RR,
Mudaliar dimana didapatkan sekitar 60 % dari mereka yang obes menderita
diabetes melitus tipe 2. Semakin besar indeks massa tubuh (IMT) semakin besar
risiko menderita diabetes meltus tipe 2 yang disertai dengan meningkatnya
risiko penyakit jantung koroner.
Diabetes
melitus tipe 2 terjadi oleh dua kelainan utama yaitu adanya defek Sel b
pankreas sehingga pelepasan insulin berkurang, dan adanya resistensi insulin.
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa diabetes melitus dimulai dengan adanya
resistensi insulin, kemudian menyusul berkurangnya pelepasan insulin. Pada penderita
obes juga ditemukan adanya resistensi insulin. Peningkatan risiko penyakit
kardivaskuler sebesar 50-70 % salah satunya berkaitan dengan resistensi insulin.
Tabel
2.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Merokok pada Pekerja Kantoran
dan Pekerja Kasar
No
|
Status
Merokok
|
Pekerja
Kantoran
|
Pekerja
Kasar
|
1
|
Ya
|
4
|
30
|
2
|
Tidak
|
26
|
0
|
Jumlah
|
30
|
30
|
Sumber
: Christian Sandi 2008
Berdasarkan Tabel 2.8 dapat diketahui bahwa pada
pekerja kasar seluruhnya merokok, sedangkan pada pekerja kantoran hanya
sebagian kecil yang merokok yaitu 4 responden (13,3%). Merokok dapat
meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa pada pekerja kantoran yang mempunyai kebiasaan
merokok mempunyai kadar kolesterol yang tinggi. Sedangkan pada pekerja kasar,
meskipun mempunyai kebiasaan merokok, namun karena disertai aktivitas yang
tinggi maka pembakaran kolesterol tinggi pula, sehingga kadarnya di dalam darah
menjadi rendah.
Tabel
2.9 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut aktivitas
olahraga
Olahraga
|
PJK
|
|
F
|
%
|
|
Tidak Rutin
|
18
|
30,0
|
Rutin
|
12
|
20,0
|
Jumlah
|
30
|
50,0
|
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada tabel 2.9 menunjukkan
prevalensi penyakit jantung koroner sebagian besar terjadi pada responden yang
tidak rutin berolahraga. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian
Febriani (2011) bahwa orang yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga beresiko
lebih besar terkena PJK daripada orang yang mempunyai kebiasaan olahraga. Hal
ini sesuai dengan penelitian Hariadi & Ali (2005) yang menyatakan bahwa
olahraga teratur bisa mengurangi
risiko
penyakit jantung koroner.
Tabel
2.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol pada Pekerja Kantoran
dan Pekerja Kasar
No
|
Kadar Kolesterol
|
Pekerja Kantoran
|
Pekerja Kasar
|
Uji t
|
P
|
1
|
Norma/kurang
|
26
|
30
|
-2.511
|
0,016
|
2
|
Tinggi
|
4
|
0
|
||
Jumlah
|
30
|
30
|
Sumber
: Christian Sandi 2008
Berdasarkan Tabel 2.10 dapat dilihat bahwa kadar
kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan
dengan pekerja kasar. Pekerja kasar mempunyai aktivitas yang berat, sehingga
memungkinkan terjadi pembakaran kolesterol yang tersisa di dalam pembuluh
darah. Aktivitas yang rendah pada pekerja kantoran diduga berperan dalam
tingginya kadar kolesterol tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wiyono dkk., (2004) yang menyatakan bahwa aktivitas yang berat
memerlukan energi yang banyak dan energi ini diperoleh dari glukosa dan
kemudian lipid sebagai alternatif
berikutnya.
Pada pekerja kasar umumnya berasal dari sosial ekonomi yang rendah, sehingga
asupan nutrisinya terbatas. Hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya
simpanan energi dan produk sisa termasuk kolesterol.
Berdasarkan uji T diperoleh t = -2.511 (p=0,016),
hasil ini menunjukan ada perbedaan kadar kolesterol darah yang bermakna antara
pekerja kantoran dan pekerja kasar di desa Majasari, Kecamatan Bukateja,
Kabupaten Purbalingga. Individu yang bekerja sebagai pegawai kantoran biasanya
memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik di bidang finansial bila
dibandingkan dengan seorang tukang becak. Dengan penghasilan yang tertentu
setiap bulan, pekerja kantoran dapat merencanakan kehidupannya dengan baik.
Namun, pekerjaan yang monoton dalam ruangan, terlebih lagi di belakang meja
kerja, membuat individu itu tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Keadaan ini
membuat metabolisme tubuh berjalan lambat. Di sisi lain, tuntutan pekerjaan
yang selalu mendesak, membuat karyawan kantoran pada umumnya memilih gaya hidup
praktis, antara lain masalah makanan.
Makanan cepat saji (fast food) telah menjadi pilihan
untuk memudahkan dalam beraktivitas bagi karyawan kantoran dewasa ini. Selain
praktis dan cepat, makanan ini juga meningkatkan gengsi dan prestise individu
yang mengkonsumsinya. Di sisi lain, kandungan gizi pada makanan ini sebenarnya
tidak mencukupi kebutuhan gizi harian. Bahkan kandungan kolesterol tinggi yang
ada, dapat mejadi sumber berbagai macam penyakit. Antara lain penyakit
atherosclerosis, diabetes mellitus, dan sebagainya (Nystrom, 2008). Bila sering
dikonsumsi dan tidak diimbangi dengan kegiatan fisik yang cukup, dapat terjadi
dislipidemia yang merupakan factor risiko terjadinya berbagai penyakit. Inilah
yang menjadi penyebab penyakit-penyakit di atas cenderung terjadi pada
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas (Lee, 2008).
Berbeda dengan pekerja kasar, tukang becak tidak
bermotor, pendapatan yang sedikit dan tidak menentu, membuatpara pekerja kasar
tidak mempunyai banyak pilihan berbagai jenis makanan. Umumnya para pekerja
kasar hanya mengkonsumsi tahu, tempe, dan sayur, ikan asin. Tentunya jarang
sekali pekerja kasar dapat mengkonsumsi makanan cepat saji, atau bahkan makanan
dengan tinggi lemak yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Aktifitas fisik
yang berat sebenarnya perlu diimbangi dengan asupan makanan yang bergizi
tinggi, namun jarang tercukupi.
Walaupun demikian, bukan berarti berbagai jenis
penyakit seperti atherosclerosis tidak terjadi pada masyarakat golongan ekonomi
bawah. Hal ini dapat terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang salah. Untuk
mendapatkan kemudahan dalam memasak, umumnya masyarakat menggoreng makanan
tersebut. Namun karena kesulitan ekonomi, sering kali digunakan minyak goreng
berkualitas rendah atau bahkan minyak goreng bekas. Padahal telah terjadi
perubahan rantai karbon pada minyak goreng tersebut menjadi minyak jenuh dan
ikatan trans, sehingga mengandung kolesterol tinggi dan dapat memicu
dislipidemia (American Heart Association, 2008).
Kolesterol diperoleh dari makanan dan juga
disintesis di dalam tubuh. Kolesterol yang disintesis yaitu sekitar 500 mg/hari
dan dari makanan yang hanya
sekitar
20% dari seluruh kolesterol yang ada di dalam tubuh. Pembentukan kolesterol di
dalam tubuh terutama di hati (50% total sintesis), sisanya disintesis di usus,
kulit dan semua jaringan yang memiliki sel-sel berinti (Siburian, 2005).
Fessenden dan Joan (1989) mengatakan bahwa hati dan kuning telur merupakan
bahan makanan yang kaya akan senyawa kolesterol. Kadar kolesterol yang tinggi
dalam darah dapat menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah
(atherosclerosis), yang disebabkan oleh endapan kolesterol dan lipid-lipid lain
pada dinding sel pembuluh darah.
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu
penimbunan kolesterol di sel, yang menyebabkan munculnya atherosclerosis
(pengerasan dinding pembuluh darah arteri) dan penimbunan plak di dinding
pembuluh darah (Murray, 2003). Hal ini dihubungkan dengan peningkatan risiko
penyakit akibat gangguan pembuluh darah (misalnya: penyakit jantung koroner,
stroke, gangguan pembuluh darah tepi) (Anwar, 2004).
Makanan kaya lemak jenuh dianggap sebagai salah satu
penyebab atherosclerosis. Bila terjadi sumbatan pada pembuluh darah jantung,
maka dapat terjadi kematian tiba-tiba. Pada tahun 1992, penyakit jantung
koroner menempati urutan pertama dan merupakan 15,5% dari seluruh penyebab
kematian (Darmojo,
1993).
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor penyebab kadar kolesterol yang tinggi
adalah genetik, diet tinggi lemak, kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas
fisik, dan merokok. Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan
menurunkan kadar kolesterol HDL. Kadar kolesterol LDL yang tinggi dapat pula
disebabkan oleh konsumsi alkohol atau obat-obatan (misalnya: steroid atau pil kontrasepsi).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingginya
kadar lemak, antara lain riwayat keluarga dengan hiperlipidemia, obesitas, diet
kaya lemak, kurang melakukan olah raga, penggunaan alkohol, merokok sigaret,
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, kelenjar tiroid yang kurang aktif,
dan lainnya (Anwar, 2004).
Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki
kecepatan yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan
tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan
yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki
kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat
genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan
keluarnya lipoprotein dari aliran darah.
Lemak yang masuk ke dalam tubuh, terutama
dipengaruhi oleh jenis asupan makanan. Membatasi pemasukan beberapa lemak juga
penting. Dari berbagai jenis lemak, lemak jenuh dan trans menjadi faktor utama
risiko penyakit jantung koroner. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena
merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol sehingga menaikkan kadar
kolesterol darah. Kemudian kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan
menghambat aliran darah dan oksigen sehingga menggangu metabolisme sel otot
jantung.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi
pada pekerja kantoran dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan
yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran dan pekerja kasar. Pada
pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control terhadap kadar
kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol.
Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran
darah dan keseimbangan metabolisme.
Risiko penyakit jantung koroner terkait dengan kombinasi
antara tekanan kerja
dan gaya hidup individu, disesuaikan
dengan usia, jenis kelamin dan kohort. memiliki salah
satu faktor risiko gaya
hidup merokok, aktivitas fisik
atau obesitas tetapi
tidak ada tekanan pekerjaan dikaitkan dengan peningkatan
risiko penyakit arteri koroner. Selain itu tekanan kerja pada obesitas meningkatkan risiko penyakit
jantung
koroner, tetapi risiko tidak meningkat cukup besar ketika tekanan kerja ditambah
dengan merokok, peminum berat ataupun aktivitas
fisik (Mika
Kivimaki, 2013).
Hubungan
antara jam kerja yang panjang dan rumah sakit
masuk karena
AMI dilaporkan oleh Russek dan Zohman sedini tahun
1958, untuk 100 kasus laki-laki dan mereka
100 kontrol .
Menggunakan sampel yang sama tapi lebih tua usia , Theorell
dan Rahe,
Falger dan Schouten, dan Sokejima Kagamimori , Liu
dan Tanaka, dan Fukuoka et al . juga menemukan hubungan yang signifikan antara kerja yang
panjang jam dan PJK (Marianna Virtanen,
2012).
Berdasarkan
hasil penelitian, terdapat pengaruh antara kerja lembur dengan peningkatan
risiko kejadian PJK. Adapun faktor yang berperan penting dalam penelitian ini
seperti jenis kelamin, usia, kelas kerja, beberapa hal yang berkaitan dengan
biologis, perilaku, psikososial dan psikologis terhadap faktor risiko
terjadinya PJK, termasuk karakteristik pekerjaan dan jenis pola perilaku.
Berdasarkan
hasil penelitian, menunjukkan bahwa peserta yang bekerja lembur lebih muda
umurnya dibandingkan peserta yang tidak bekerja lembur. Peserta laki-laki,
peserta yang sudah menikah dan orang-orang yang bekerja di kelas kerja yang
lebih tinggi lebih sering bekerja lembur dibandingkan dengan peserta wanita,
peserta yang belum menikah dan orang-orang yang bekerja di kelas bawah. Riwayat
penyakit seperti diabetes, kebiasaan merokok dan penggunaan alkohol yang
melebihi batas juga dikaitkan dengan kerja lembur.
Peserta
yang bekerja lembur dilaporkan mengonsumsi buah dan sayuran setiap hari dan
sering berolah raga akan tetapi kurang tidur dan sedikit yang absen karena
sakit. Peserta yang kerja lembur juga dilaporkan bahwa mempunyai prevalensi
tekanan psikologis dan tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan yang
tidak bekerja lembur. Kerja lembur juga mempunyai kadar kolestrol HDL yang
lebih tinggi dibandingkan peserta yang tidak bekerja lembur. Berdasarkan
hasil penelitian, menunjukkan
bahwa sebanyak
67.543,9 orang terdapat 369 kasus baru yang terjadi dalam periode tersebut
sehingga apabila dirata-ratakan terdapat 546 kejadian per 1.000 orang per
tahunnya. Dari
penelitian ini, merokok dan indeks massa tubuh juga
terkait dalam
terjadinya PJK
(Marianna
Virtanen, 2010).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh
penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit
yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang
antara lain adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol,
gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada
keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit
jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan
menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan
kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari
stress kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi
pada pekerja kantoran dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan
yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran dan pekerja kasar. Pada
pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control terhadap kadar
kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol. Berolahraga
secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran darah dan
keseimbangan metabolisme.
B. Saran
1.
Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.
2.
Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol
kolesterol, kontrol tekanan darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan
secara rutin.
3.
Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh
darah berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri yang
memicu stroke.
4. Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.
4. Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.
PUSTAKA
Adam
Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk
Factors and Cardiovascular Risk in Physical Workers and Managers.
Anwar, B. 2004.
Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. www.library.usu.ac.id
[diakses 18 Mei 2014].
Christian Sandi,
Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian
Tentang Perbedaan Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja
Kasar.
Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3,
Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Corwin
Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1. Jakarta
: EGC, 2009.
Darmojo, dkk, 1993, Pengelolaan
Pengajaran Sains, Rineka Cipta, Jakarta.
Davidson
Christopher. (2003), Penyakit Jantung
Koroner. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Diah Krisnatuti
dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati
Penyakit Jantung. Jakarta:
Pustaka Swara
Hendriantika, H. (2012), Penelitian
Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik dengan Faktor Resiko Terjadinya
Penyakit jantung Koroner.
Hermansyah, Citrakesumasari,
Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik
dan Kesehatan Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner.
Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan
Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.
Kurniastuti, Y. (2009).
Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia.
Marianna Virtanen,
(2012). Long Working Hours and Coronary
Heart Disease: A Systematic Review and Meta-Analysis.
Marianna Virtanen,
(2010). Overtime Work and Incident Coronary
Heart Disease:The Whitehall II Prospective Cohort Study.
Mika Kivimäki, (2013). Associations
of job strain and lifestyle risk factors with risk of coronary artery disease:
a meta-analysis of individual participant data.
Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan. (2012), Hubungan Obesitas Umum dan Obesitas Sentral
dengan Penyakit Jantung Koroner
Sallim Annisa Yuliana, (2013), Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner.
Sivaramakrishna,
R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A. 2000. Powell American
Journal of Roentgenology, 175, 45-51
Sulistiani, W. (2005). Analisis
factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit Jantung. Universitas
Diponegoro.
Kuswadji, S. 2009. Kadar Lemak Darah pada Pekerja Bergilir di
Suatu Instalasi Pengeboran Minyak dan Gas Bumi. www.cerminduniakedokteran.com
[diakses 18 Mei 2014].
Yuet Wai Kan. 2000. Adeno-associated viral vector-mediated
vascular
www.digilib.unimus.ac.id
Diakses tanggal 15 Mei 2014